Senin, 30 Maret 2009

PD III antara Timur dan Barat bermula di Iran


Barat vs Iran


Kanal 10 Zionis menayangkan program agama yang membicarakan tentang perang Amerika melawan Iran, dengan alasan bahwa perang yang terjadi bermula dari pertentangan antara negara besar, Timur lawan Barat, perimbangan kekuatan ini akan membuat perubahan dan pergantian dunia, kemudian akan berganti menjadi pertikaian panjang dan sengit, sebagaimana didapatkan dari salah satu kitab suci Yahudi- Hazqiyan. Dari kitab Hazqiyan juga disebutkan bahwa akan mucul Ya'jud dan Ma'juj -sebagaimana juga disebutkan dalam Taurat,Injil dan Quran- langsung setelah peperangan itu terjadi, kemudian akan diikuti dengan tragedi dan kehancuran di Tanah Suci (Palestina).

Negara yang mewakili Barat dalam PD III adalah: Zionis, Amerika, Inggris, Perancis dan Jerman. Dari sebelah Timur akan muncul negara: Iran, Rusia, China, Suriah dan Koreea Utara. Kitab suci Yahudi yang menyatakan bahwa setelah peperangan akan langsung muncul kaum Ya'jud dan Ma'jud ini dianggap beralasan oleh koran dan TV Zionis dengan menyandarkan pada pandangan Bush ketika mengatakan:"PD III ini akan bermula kalau Iran tidak hendak mundur dari program senjata nuklirnya". Hal ini menyebabkan kegusaran besar diantara pengikut Yahudi karena takut kalau saja apa yang tertulis didalam kitab sucinya ini akan segera terjadi

FBI masuk Masjid



Persatuan Islam di AS memprotes tindakan FBI karena memata-matai tempat ibadah khusus muslimin. Persatuan Islam memastikan bahwa FBI telah menyusupkan agennya kedalam setiap program masjid atau menyebarkan slogan salah kepada para jamaah masjid dan juga mengajak para jamaah untuk tidak mengikuti program ibadah dan kegiatan dimasjid.

Fihak masjid pun meminta para jamaahnya untuk tidak memberikan kerja sama kepada FBI, diantara sebab yang dinyatakan fihak masjid adalah: karena banyak aktifitas -yang dilakukan FBI- akan menggiring fihak masjid untuk menghentikan kegiatannya. FBI sendiri menolak untuk memberikan jawaban tehadap apa yang dilaporkan oleh fihak masjid. Jubir FBI John Miller mengatakan:"Sesungguhnya langkah konsoludasi sangat perlu dan jelas, terutama ketika adanya masalah yang penting untuk dibahas, hal ini bukan merupakan langkah strategi dalam "dakwah", begitu laporan CNN.

Ditambahkan lagi bahwa FBI akan terus berusaha untuk sampai pada tujuannya dengan terus berhubungan dengan para fungsionaris masjid, baik setuju maupun menolak. Hal ini terjadi hanya karena "Tersangka Teroris" yang berjumlah jutaan kebanyakan dengan nama muslimin, dengan inilah FBI melakukan operasi memata matai setiap penduduk AS dengan mengatasnamakan "Memperhatian Teroris". Dengan nama yang sebanyak itu maka setiap penduduk akan menjadi "tersangka" dalam operasi FBI ini.

Merenungkan Kembali Makna Taqwa



Sayyid Ali Khamenei hf

Takwa: Suatu kata yang sering disebut dan terdengar dalam kalangan umat Islam, Arti Takwa yakni takut kepada Allah swt yang disertai aktifitas atau mencegah diri dari segala larangan sembari mengerjakan segala perintahnya, bukan takut dengan diam atau bukan mencegah diri dari bertindak. Terkadang berada dalam keadaan takut atau mencegah diri dengan berdiam diri (non-aktif), yakni pergi masuk rumah, duduk dan tanpa melakukan suatu kerja, atau dengan tidak menyetir mobil untuk mencegah diri dari menabrak gunung atau supaya tidak terlempar ke jurang. Mencegah diri dari mendaki gunung, tidak bergerak supaya duri dan semak-belukar tidak menusuki kaki dan paha, apakah demikiankah arti takwa?. Tentunya tidak demikian dan Islam tidak menyarankan kita untuk bersikap demikian, akan tetapi Islam mengatakan hadapi dan gelutilah aktifitas dan kejadian yang terjadi dihadapan dan di ketika itulah hendaknya bertakwa.

Seperti seorang supir yang menyetir mobil namun iapun berjaga-jaga, dan penjagaan diri; seperti inilah yang biasa disebutkan dengan sikap mawas diri dan berhati-hati. Jadi kata mencegah diri untuk keadaan demikian dapat dibenarkan. Hanya saja karena makna Mutaqin diterjemahkan dengan arti orang-orang bertakwa, sedemikian seringnya didengar sehingga akal tidak meresapi kepekaan makna yang semestinya diperlukan. Dari itu, sudah sekian lama memegang arti Takwa sebanding dengan kata takut atau orang yang bertakwa yakni orang yang memiliki rasa takut, namun setelah berfikir dan mengkaji kembali, ternyata makna takwa tidaklah berarti takut yang biasa kita fahami selama ini karena memuat ketidak relevanan dan tanpa memberi spirit ilmiah, yakni sentuhan instrumental musik bahasa hendaknya tidak berat didengar ditelinga dan hendaknya indah sampainya ketelinga supaya mudah memasyarakat. Ini satu rahasia kejelian memilih dan menempatkan bahasa.

Dari itu, hendaknya memahami makna kata Takwa dengan: "Menjaga diri dalam setiap aktifitas atau berhati-hati dalam bergerak", bergeraklah dalam berbagai lapangan namun berhati-hatilah dari berbagai kesalahan, dari terjerembab dan orang lain, dari mengarah pada kesia-siaan dan dari melampaui batas-batas yang sudah ditetapkan untuk manusia, yang jika telah lampaui maka manusia akan tersesat dari jalannya, karena jalan kehidupan ini sangat berbahaya, panjang dan gelap.

Kegelapan dunia ini dapat disaksikan: kekuasaan materialis sekarang ini telah mengepulkan debu tebal di permukaan dunia, sinyal-sinyal telekomunikasi mereka lancarkan, arahan-arahan kehendak mereka lakukan dan berapa banyak manusia telah kehilangan jejak dari jalannya, jadi sudah semestinya hendaknya berhati-hati!.

Betapa di dunia sekarang ini, kehendak dan niat perjalanan para tiran dunia telah mendapat tempat di hati sebagian besar penduduk dunia, seperti apa yang mereka katakan: "Pemikiran umum Barat mengatakan demikian ", maka demikianlah yang mereka usahakan sehingga pola pemikiran umum Barat menjadi sebuah pernyataan yang seakan-akan menjadi satu hakekat, untuk apa ini sebenarnya?, Mereka menginginkan supaya kepercayaan-kepercayaan manusia ditarik kearah Barat. Patut disayangkan, kepercayaan orang banyak telah berhasil mereka pengaruhi dan inilah sikap elastis manusia yang juga memiliki kecenderungan untuk menerima kesesatan dari jalan kehidupan yang hakiki, yang jika sedikit saja mereka kehilangan kesadarannya maka dengan cepat mereka akan tersesat (dari jalan hakiki), dari itu maka ditengah perjalanan (duniawi) ini dibutuhkan Takwa.

Jika seseorang tidak memiliki Takwa dan demikian saja (berjalan dengan) menutup mata, tanpa memperhatikan dengan penuh kesadaran melakukan aktifitasnya dan bertindak, apakah Quran dapat memberi hidayat kepadanya? Tentu tidak, tiada satu kata kebenaranpun dapat menghidayati manusia seperti ini!.

Seorang yang tidak menyiapkan telinga hatinya untuk mendengarkan, maka tiada perkataan hakikat yang dapat ia percaya, sedang ia hanya mabuk kepayang dalam kendali pilihan syahwatnya saja atau hanya dengan syahwat orang lain ia bergerak, maka Quran tidak akan memberi hidayat kepada orang semacam ini.

Betul, memang Al-Quran memanggil mereka juga untuk dapat menerimanya sebagai pemberi hidayat, namun panggilan Quran ini tiada dirasakan dengan peka oleh telinga mereka, keadaan mereka yang seperti ini disebutkan oleh Al-Quran sendiri ddengan satu ibaratnya: "Mereka itu bagai dipanggil dari tempat yang jauh" (Qs Fusilat/44) – Dan ayat demikian mengisyaratkan kepada orang yang seperti ini, kepada mereka diperdengarkan seruan dari jarak yang jauh.

Kadang-kadang ketika mendengar satu lagu dari tempat yang jauh, seperti seseorang mendendangkan satu lagu yang sangat indah dengan liku-liku irama yang sangat harmonis dan syahdu, tetapi katakanlah dari kejauhan satu kilo meter suaranya sampai ke telinga, maka apa yang dapat difahami dari kata demi kata yang dilantunkannya? Tentunya pertama ia tidak dapat dimaklumi, karena ucapan kata-kata tidak terdengar dengan baik, hanya desingan suara yang terdengar, kedua, irama indah yang digunakannyapun tidak dapat dirasakan dan tidak dapat difahami kelembutan dan kesyahduannya.

Persis seperti sebuah lukisan yang berbentuk garis panjang yang digores dipermukaan tembok yang dilihat dari kejauhan, ia akan terlihat hanya sebagai satu garis kosong saja, tetapi ketika Anda mendekatinya ternyata memiliki ukiran indah yang menunjukan ketinggian karya seni yang digunakan keatasnya yang tidak dapat dilihat dari jarak yang jauh, demikian macam orang-orang ini, dimana Al-Quran mengatakan bahwa mereka seperti memperdengarkan panggilannya dari kejauhan sehingga mereka tidak dapat mendengarkanya dengan baik.

Jadi hendaknya mawas diri supaya dapat terhidayati, inilah makna singkat dari "Hudan-lil-Muttaqiin".

Jumat, 27 Maret 2009

Saudi Wahabia Setia Sampai Mati Pada Zionis


Dikutip dari :http://wildwestwahabi.wordpress.com/2008/11/14/saudi-wahabia-setia-sampai-mati-pada-zionis/

Keluarga Saudi selama ini mengklaim diri mereka sebagai “Pelayan Haramain”, tetapi kenyataan yang benar adalah mereka budak zionis. Sejak awal Saudi Wahabia berkomplot mendukung dan rela zionis menduduki Palestina.

Sumpah setia mereka kepada zionis dinyatakan dalam sebuah dokumen yang ditandatangani sendiri oleh Ibnu Saud.

Dalam dokumen tersebut juga tersirat adanya kesepakatan sebelumnya bahwa Saudi Wahabia akan dijamin tetap berkuasa asal Palestina diberikan kepada kaum Zionis. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan Ibnu Saud: “I…..also believe that Britain does not leave its view even tip”, yang maksudnya kurang lebih “Saya juga meyakini bahwa Inggris tidak akan bergeser dari pandangannya walau seujung jari pun”.

dokumen-raja-saudi

Saudi Arabia and Zionists, Brothers until victory or death

Book on workshops Daily: Saudi Arabia and the Zionist Brothers until victory or death

Its published manuscripts of the book had been prepared and researcher of Israeli anti-racist Zionist Professor Israel Shahak, the manuscript written in Hebrew, the colleague Yitzhak Sarai translated into Arabic and disseminating the disposal (because he did not complete) on a daily workshops.
In the book shows the late thinker, the critical role played by Britain in creating racial entity in Saudi Arabia and his brother Talmud in Palestine.
The document was signed by Ibn Saud of the French pledge to give Palestine to the Jews (”I’m the Sultan Abdul Aziz Bin Abdul Rahman Al Saud al-Faisal acknowledged and admitted to Sir Percy Cox delegate of Great Britain, I have no objection to give Palestine to the Jews or other poor also believe that Britain does not leave its view even tip”)

Ibn Saud had served head of the Zionist state and dreaming for this moment in the future.
Picture of Ibn Saud gathering and King Faisal of Iraq and leaders of the Zionist Organization on board Lauren in 1949.

saudizionis

A Zionist Engineer built the first palaces in Saudi Arabia and Ibn Saud did not even send blankets and food to displaced Palestinians.

istana-saudi


Syeikh Wahabi, Agen Zionis Berjubah (terjemahan)

sumber:http://wildwestwahabi.wordpress.com/
A Note on the Absurd Fatwa of al-Albani Regarding
Palestine

“Sheikh” Muhammed Nasir ad-Din al-Albani, considered by most “Salafis” to be the biggest scholars of their sect (after the death of their Mufti), has issued a Fatwa few years ago saying that All Muslims in Palestine, Southern Lebanon, and the Golan Heights should leave their land in mass and go somewhere else. His proof was (and he is still clinging to it) that any Muslim land occupied by non-Muslims becomes a non-Muslim land. Thus, it is prohibited for any Muslims to keep living there. When some people asked him, in mockery, that no country in the world would admit the whole Palestinian nation, even “Saudi Arabia,” he said, “They might try to go to Sudan; it might admit them!!!” For the record, Al-Albani is a self-declared scholar. Many have challenged him to produce a single ijaza given to him by any of his teachers (if he had any). He failed to do so up to this day. Al-Albani does not even just confine his heresies to the science of Hadith, in which his followers consider him “Muhaddith al-Asr.” He issues many fatwas in almost all the Islamic sciences. Albani has a “commentary” on the Al-Aqidah at-Tahawiyya book of doctrine!!

The following is a translation of one of Shiekh Buti’s responses to al-Albani. Sheikh Buti is one of the top scholars in Syria: [Taken from the book "Strife in Islam" (Al-Jihad fil Islam: Kayfa Nafhamuhu wa Kayfa Numarisuhu), by Dr. Muhammad Sa’id Ramadan al-Buti, 2nd edition, Dar Al-Fikr, Damascus, Syria, 1997.]

“Sheikh” Nasir ad-Din al-Albani shocked the people, before several months, with a bizarre fatwa, at an extreme distance from the dictates of the Islamic Shari’ah, and in the most extreme contradiction with the principles and rules of religion. He decided publicly, and in front of all witnesses, that the all Muslims in the Occupied Land and the remaining Palestinians in it are obligated to leave wholly from the Land and leave it to the Jews, who transformed it, after their colonization of it, to a Dar-ul-Kufr (as he alleged)!

If it were not for the mass reporting of the news, and without the audio cassettes that mentioned this topic, in the voice of the “Sheikh,” I would have found no way to believe it! This is because the simplest student of Islamic knowledge knows what is established in all sources of Islamic Shari’a, that the Dar-ul-Islam stays, legally, a Dar-ul-Islam until the Day of Resurrection no matter to what extent the kafir, or enemy, went to, in order to spread corruption in it. And it is an obligation on the Muslims to bear the responsibility to cleanse it from the defilement and aggression.

And regarding Abu Hanifah who opined the possibility of the return of Dar-ul-Islam into a Dur-ul-Kufr, conditioned for it that the Islamic sha’air […] be removed from it, and be replaced with the rules of Kufr, that no Muslim or thimmi [non-Muslim citizen] to remain in it secure with the original Islamic security, and that it be bordering a Dar-ul-Kufr or Dar-ul-Harb.

It is well known that non of these three conditions exists in the Occupied Land, since the sha’air of Islam are still publicly existent in it, the Muslims in it enjoy the original Islamic security, and there is no Dar-ul-Kufr or Dar-ul-Harb on the confines of this Occupied Land, today.

But the Sheikh, who considers himself the “Muhaddith of this Age,” broke this legal Ijma’, of which he has no knowledge. Then he announced before the people that Palestine was converted, with the favour of Israel, into a Dar-ul-Kufr and Dar-ul-Harb. Therefore, it is an obligation on all of its Muslim owners and citizens to abandon it!

And what is mysterious is that this suspected “Sheikh” (al-Shaikh al-Mashbuh), stayed silent about issuing this fatwa throughout all these long years. Not even any thing in the series of these bitter events that were inflicted upon this Land and its people reminded him of it. Until the light of the faithful Intifadha rose in the heart of this Occupied Land, and (Hamas) movement was established and a phenomenon of terror was spread out for it to the hearts and souls of the occupiers, [then] the Sheikh remembered this verdict, which he never was satisfied with except at this time. And he realized that the time came for him to publicize it with an explicit fatwa he publishes it in all media outlets. And [he finds] that the time has come, with the launching of this Intifadha and with it crossing many unexpected levels of success, for the poles of this Intifadha to be called, alongside the owners of the Land and the right (haqq), to depart from it, because it should be time for them to relieve Israel from the string of their annoyances and from the losses that had a toll on many of their resources!

Is it time for the, truly, suspected (Mashbooh) “Sheikh” to inform us about the secret behind his keeping of this fatwa behind his chest up to this day. And about his silence towards the sin of the remaining of Muslims in (Dar-ul-Kufr) until this day?!

And we thank Allah truly that there was not for the Sheikh nor for his null (Batila) fatwa an existence in the days in which the Syrians, Algerians, Egyptians, and Libyans were waging Jihad in their home countries, for the sake of cleansing them from the colonization and the aggression of the tyrants. Then, it would have been an obligation on all these Muslims to depart from their countries – since they are characterized as Dar-ul-Kufr – a possession of their enemies.

And we would have looked at it today and seen it a legal obtained right of these tyrants and occupiers. And who knows? This might be what the “Sheikh” prefers and likes.

[The above was what Dr. Buti wrote in the 1st edition and reproduces in the 2nd edition of his book. What follows is what he added in the 2nd edition. Highlighting was done by the editor of this web site.]

And I say now, adding these lines to this [the above] commentary, in the new edition: we were waiting from this Sheikh to take back his false (batila) fatwa, considering that returning to the truth is a virtue. But he never recanted despite the rise of the whole world of Muslims against him because of it! Also, few of the readers considered it inappropriate (kabira) that the “Sheikh” was described with the word, “Suspected” (mashbooh). But the meaning of this word is that the suspicions of indictment roam around the one who issues such a fatwa with the collaboration with a foreign group, and [look] how big their number is in this time.

So, there is no doubt that the suspicion of a charge is different from the charging itself and is different from the confirmation of treason too. Therefore there is no extremism in the word, and it is an accurate description of an exact reality.

Note: It is becoming very clear to Muslims all over the world that Mr. Nasiruddeen al-Albaanee is clearly an agent of the CIA and a part of the Zionist New World Order.

artinya :

Catatan Atas Fatwa Sesat al-Albani Tentang Palestina

Syeikh Muhammad Nasiruddin al-Albani, yang dianggap oleh mayoritas Salafi sebagai ulama terbesar mereka, telah mengeluarkan sebuah fatwa beberapa tahun yang lalu yakni bahwa semua kaum muslim di Palestina, Libanon Selatan, dan Dataran Tinggi Golan harus meninggalkan tanah/negeri mereka secara massal dan pergi ketempat lain. Alasan dia (dan dia tetap memegangnya) bahwa setiap Negeri Muslim yang diduduki/dijajah oleh orang Non-Muslim maka menjadi Negeri Non-Muslim. Oleh karenanya setiap Muslim dilarang tinggal/menetap disitu.

Ketika beberapa orang menanyakan kepadanya, dengan terheran-heran, bahwa tidak akan ada satu negarapun didunia yang mau menampung orang-orang/bangsa Palestina, bahkan Saudi Arabia pun, dia mengatakan: “Mereka mungkin bisa mencoba pergi ke Sudan, disana mereka mungkin akan ditampung.”

Sebagai catatan, al-Albani ini adalah orang yang mengklaim dirinya sendiri sebagai ulama. Banyak yang menantangnya untuk menunjukkan walau satu saja ijazah yang diberikan kepadanya oleh sebarang gurunya (kalaupun dia punya). Dia tidak pernah bisa menunjukkan/membuktikannya sampai sekarang. Yang kelihatan pada al-Albani justru fatwa-fatwanya samasekali tidak berdasar ilmu hadis, sementara para pengikutnya tetap menganggapnya sebagai “Muhaddis Masa Kini”. Dia banyak mengeluarkan fatwa dalam hampir semua ilmu-ilmu Islam. Al-Albani juga mengeluarkan komentar atas buku aqidah “Al-Aqidah at-Tahawiyya”.

Berikut ini adalah terjemahan dari salah satu tanggapan/sanggahan Syeikh Buti terhadap al-Albani. Syeikh Buti adalah salah seorang ulama terkemuka Syria: [Diambil dari buku "Strife in Islam" (Al-Jihad fil Islam: Kayfa Nafhamuhu wa Kayfa Numarisuhu), by Dr. Muhammad Sa’id Ramadan al-Buti, 2nd edition, Dar Al-Fikr, Damascus, Syria, 1997.]

“Syeikh” Nasiruddin al-Albani telah mengejutkan masyarakat, dalam beberapa bulan terakhir ini, dengan fatwa sesatnya yang sangat jauh dari ajaran-ajaran Syariat Islam dan sangat berlawanan/kontradiksi dengan pokok-pokok dan hukum-hukum agama (Islam - penj).

Dia menyatakan secara terbuka dan dihadapan semua saksi, bahwa semua Muslim dan bangsa Palestina yang masih berada di tanah/negeri yang diduduki/dijajah wajib meninggalkan seluruh negeri itu dan menyerahkannya kepada kaum Yahudi, yang telah mengubahnya, setelah mereka menjajahnya, menjadi sebuah Negeri Kafir.

Kalaulah tidak dimuat dimedia massa dan tidak ada kaset rekaman suara al-Albani yang mengatakan sendiri hal ini, maka sulit buat saya untuk mempercayainya.

Ini karena seorang santri yang paling awampun mengetahui apa yang terdapat pada semua sumber Syariat Islam, bahwa sebuah Negeri Islam akan tetap, secara sah, menjadi Negeri Islam sampai Hari Kebangkitan, tak peduli apapun yang diperbuat oleh orang-orang kafir ataupun musuh terhadap Negeri Islam tersebut. Dan adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk memenuhi tanggungjawabnya dengan membersihkan/mengusir para agresor dari negeri tersebut. Dan menurut Abu Hanifah yang mengemukakan kemungkinan berubahnya Negeri Islam menjadi Negeri Kafir syaratnya adalah bahwa tanda-tanda Islam telah disingkirkan/dihilangkan darinya dan diganti dengan aturan-aturan kafir, bahwa tidak ada seorang muslim atau kafir dzimmi pun yang masih tinggal disitu merasa aman dengan hukum Islam yang murni/asli, dan bahwa negeri itu diberi batas sebagai Negeri Kafir ataupun Negeri Perang. Dan kita tahu bahwa tidak satupun syarat tersebut ada pada negeri yang sedang dijajah (Palestina – penj), sebab tanda-tanda Islam secara terbuka masih tetap eksis disana, kaum muslimin masih tetap bisa menikmati hukum-hukum Islam, dan tidak ada batas tersendiri sebagai Negeri Kafir ataupun Negeri Perang dalam Wilayah/Negeri Jajahan tersebut, saat ini.

Tetapi syeikh (al-Albani), yang menganggap dirinya sebagai “Muhaddis Masa Kini”, telah melanggar ijma’ sah ini, yang mana dia tidak punya pengetahuan tentangnya. Lalu dia mengumumkan/memfatwakan tanpa kesepakatan ummat bahwa Palestina telah berubah, yang tentu saja menguntungkan Israel, menjadi Negeri Kafir dan Negeri Perang. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban semua muslim yang adalah pemilik dan penduduknya untuk mengecam/menentangnya.

Misteri apa yang ada dibalik diamnya si syeikh ini selama bertahun-tahun sebelumnya sampai cahaya keimanan Intifadha muncul dijantung Tanah Jajahan, dan gerakan perlawanan Hamas didirikan yang menimbulkan fenomena teror dihati dan jiwa para penjajah, lalu tiba-tiba si syeikh ingat akan hal ini dan kemudian menyadarinya bahwa inilah saat/waktunya baginya untuk memfatwakannya secara eksplisit disemua media massa. Dan baginya telah tibanya waktunya, yang karenanya dia mulai beraksi itu, adalah dengan munculnya gerakan Intifadha yang bersama para pemilik sah (rakyat – penj) Tanah Jajahan telah meraih segala kesuksesan yang tidak diharapkannya, karena dengan demikian dia dapat membantu Israel keluar dari segala kesulitan yang membelenggu mereka dan telah banyak menguras sumberdaya mereka (Israel – penj).

Inikah sesungguhnya waktunya bagi syeikh gadungan/pengkhianat ini untuk memberitahukan kepada kita rahasia dibalik disimpannya fatwa tersebut didadanya selama ini sampai kemudian dia munculkan sekarang?!. Dan, tentang diamnya dia selama ini atas dosa kaum muslimin karena masih tetap tinggal di Negeri Kafir hingga hari ini?!

Dan sungguh kita bersyukur kepada Allah bahwa fatwa dia (al-Albani – penj) yang batil tersebut telah gagal yang mana hal ini ditunjukkan dimana rakyat Suriah, Aljazair, Mesir dan Libia hari-hari ini justru meningkatkan jihad dinegeri mereka masing-masing untuk membebaskan mereka dari belenggu kolonialisasi dan agresi para tiran.

Ataukah, kaum muslimin dinegeri-negeri tersebut di atas wajib meninggalkan negeri mereka, sebuah keuntungan bagi musuh mereka, karena negeri mereka sekarang dikategorikan sebagai Negeri Kafir?! (bila hal ini terjadi) Maka hari ini kita akan melihat bahwa para tiran dan penjajah itu memang punya hak yang legal (untuk terus menjajah – penj). Dan siapa yang tahu bahwa memang inilah yang lebih disukai/diinginkan oleh syeikh gadungan/pengkhianat ini?!

[Yang tersebut di atas adalah apa yang ditulis oleh Dr. Buti pada Edisi Pertama dan diulangi pada Edisi Kedua dalam buku beliau. Berikut ini apa yang beliau tambahkan pada Edisi Kedua]

Dan sekarang saya katakan, tambahan beberapa kalimat pada Edisi Kedua ini setelah kami menunggu si syeikh bakal menarik fatwa sesatnya tersebut, karena kembali kepada kebenaran itu adalah suatu kemuliaan/keutamaan. Tetapi dia tidak pernah melakukannya walaupun seluruh dunia muslim menentangnya gara-gara fatwanya itu.

Juga, ada segelintir pembaca yang menilai bahwa penyebutan Gadungan/Pengkhianat (suspected) terhadap syeikh sebagai kurang tepat. Tetapi sebutan itu diberikan kepada seseorang yang mengeluarkan suatu fatwa dengan berkolaborasi dengan pihak asing. Jadi, penyebutan itu tidak ekstrim tetapi sudah sesuai dengan realitas/kenyataan.

Catatan: Menjadi jelas bagi kaum Muslim diseluruh penjuru dunia bahwa Nasiruddin al-Albani jelas-jelas adalah seorang agen CIA dan bagian dari Tatanan Dunia Baru Zionis.

Minggu, 22 Maret 2009

Maqtal (Kronologi Kesyahidan) Imam Husain as

copy-of-moharam_10

Kini, tibalah giliran kepala-kepala suci syuhada Karbala…

Umar bin Sa’ad memerintahkan setiap kabilah memotong kepala-kepala syuhada Karbala yang akan dipersembahkan kepada Ubaidillah bin Ziyad dengan harapan hadiah darinya. Maka, bersiaplah suku Kindah bersama panglima Qais bin Asy’ats dengan 13 potong kepala, suku Hawazin bersama tentara Syimir dengan 13 potong kepala, suku Tamim dengan 7 potong kepala, bani As’ad dengan 16 potong kepala, dan pasukan lainnya dengan sisa kepala syuhada Karbala lainnya.

—————————————————————————————–

Maqtal Imam Husain as

(Kronologi Ringkas Kesyahidan Imam Husein)


Salam kepada jasad yang berlumuran darah

Salam kepada jasad yang berhiaskan tancapan anak panah

Salam kepada kepala yang selalu diciumi kakeknya

Salam kepada orang kelima di antara ash-hâb al-kisa’

Salam kepada orang yang terasing di Karbala

Salam bagimu, wahai Aba Abdillah, al-Husain…

Sebelum melihat Padang Karbala yang memerah lantaran darah suci para syuhada Karbala; sebelum melihat pemandangan berupa jasad-jasad tanpa kepala; sebelum menengok keadaan pasca pembantaian di Karbala; mari kita ungkapkan rasa bela sungkawa dan tawasul kita kepada orang yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya, kepada ibunda tercinta al-Husain, kekasih al-Husain… Kita ketuk pintu hati al-Zahra as. Dengan harapan, kelak kita akan dibangkitkan bersama al-Zahra as. Semoga al-Zahra hadir di tengah-tengah kita saat ini.

Diriwayatkan dari Ummu Salamah, bahwa ketika al-Husain as terbunuh, Ummu Salamah bermimpi. Dalam mimpinya itu, dia bertemu Rasulullah saww dalam keadaan berdebu, sementara di kepala beliau terdapat segenggam tanah.

Karena itu, berkatalah Ummu Salamah kepada Rasulullah saww, “Apa yang terjadi denganku, saya melihat Anda dalam keadaan berdebu…” Rasulullah saww menjawab, “Telah terbunuh putraku, al-Husain. Telah dibuatkan makam untuk al-Husain dan sahabat-sahabatnya.”

Terperanjatlah Ummu Salamah. Dia lalu bangkit dan melihat botol berisi segenggam tanah (Karbala) yang pernah dititipkan Rasulullah saww kepadanya. Tanah itu berubah menjadi darah. Kemudian, di keheningan malam, Ummu Salamah mendengar suara pengumuman kesyahidan al-Husain as:

Hai orang-orang bodoh yang telah membunuh al-Husain,

Ada kabar tentang azab dan siksa

Sungguh terkutuk kalian oleh lisan putra Daud, Musa, dan pembawa Injil

Seluruh penduduk langit, para nabi, utusan, dan mereka yang terbunuh

Mendoakan keburukan menimpa kalian

Saat tragedi Karbala usai, di keheningan malam, terdengarlah pengumuman tentang kesyahidan al-Husain bin Ali bin Abi Thalib as dari langit.

Wahai mata, berpestalah dengan sungguh-sungguh

Sapa yang akan menangisi para syuhada setelahku,

Dan siapa yang kan menangisi rombongan yang digiring kematian

Menuju Penguasa Yang Maha Agung

Dalam riwayat, Zainablah yang mendengar pengumuman ini, tanpa melihat siapa yang mengumumkannya.

Padang Karbala memerah karena Qasim bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib telah tersungkur. Muslim bin Awsajah telah berhias diri dengan tombak dan luka yang menganga lantaran pedang. Al-Hur telah gugur. Habib bin Madhahir, yang memiliki keistimewaan selalu melaksanakan shalat Subuh dengan wudu shalat Isyanya selama 40 tahun berturut-turut, telah berlumur darah. Kedua tangan Abul Fadl Abbas telah terpisah dari jasadnya. Abdullah bin Husain tak lagi menangis karena menahan haus. Keluarga dan pengikut setia al-Husain telah melepas rindu, bertemu Rasulullah saww. Mereka telah disambut oleh senyum al-Zahra. Sementara al-Husain, yang tentangnya telah dipesankan datuknya, Rasulullah saww,

“Wahai manusia, inilah Husain bin Ali, kenali dan muliakan dia! Ya Allah, kutitipkan dia pada-Mu.”

Kini telah tersungkur lantaran tusukan tombak, panah, dan pedang (menurut riwayat, bekas luka dan memar di jasad suci al-Husain tak kurang dari 6.666 tanda; sejumlah bilangan ayat-ayat suci al-Quran). Dan kepala suci al-Husain kini telah terpisah dari jasadnya. Beginilah al-Husain, titipan kenabian dan amanah risalah bagi umatnya, bahkan yang tak sezaman dengannya. Dan Rasul saww pun telah menitipkannya kepada kita…

Yang terdengar saat itu hanyalah isak tangis Sukainah, Atikah, dan Ummu Kultsum, juga ratap tangis para yatim dan janda-janda Ahlul Bait. Yang tampak hanyalah jasad-jasad yang berserak tanpa kepala; tak dimandikan, tak dikafankan, dan tak dikuburkan.

Setelah tragedi mahaagung itu berakhir pada terbunuhnya al-Husain dan para pahlawan Karbala, keluarlah Zainab dari kemahnya; bak ksatria yang akan berlaga di medan perang. Sorot mata Zainab menyapu jasad-jasad itu; mencari jasad abangnya, al-Husain, tanpa peduli pada barisan tentara musuh yang bersenjata. Dan pandangannya pun berhenti pada jasad kakaknya, al-Husain, yang tercabik-cabik oleh pedang dan injakan kaki-kaki kuda. Selang beberapa saat, Zainab tertegun. Kemudian, dia menatap langit dan berdoa dengan pedih:

“Ya Allah, terimalah persembahan kurban ini dari kami…Wa Muhammadah…. Inilah al-Husain yang terkubur di Padang Karbala. Semoga langit menindas bumi, semoga gunung roboh dan meratakannya… Inilah al-Husain yang berlumur darah, tercabik-cabik tubuhnya, sementara putrid-putri Rasul-Mu menjadi tawanan.”

Inilah tempat yang akan menjadi saksi di akhirat nanti, yang kan diadili Allah Swt.”

Setelah Aba Abdillah al-Husain terbunuh, pasukan Ibnu Ziyad langsung menuju wanita-wanita dan kehormatan-kehormatan al-Husain. Musuh-musuh Allah itu merampas semua yang ada di kemah putri-putri Rasul saww. Mereka membakarnya; berlomba-lomba menghancurkan kesucian Rasulullah saww. Maka, berlarianlah putri-putri al-Zahra, sambil menangis dan menjerit…

Wa Husainah….! Pasukan Ibnu Ziyad merampas semua anting-anting dan gelang. Bahkan seorang laki-laki pasukan Ibnu Ziyad menarik kedua anting-anting Ummu Kulstum dengan paksa, sehingga robeklah kedua telinga Ummu Kultsum. Seorang yang lain mendekati Fathimah, putri al-Husain. Maka lepaslah anting-antingnya. Laki-laki itu lantas menangis. Fathimah bertanya kepadanya, “Kenapa engkau menangis?”

“Bagaimana tidak menangis, sementara aku telah menawan dan merampas anting-anting putri Rasulullah …” jawab lelaki itu.

Fathimah kemudian berkata, “Kalau begitu, kembalikan padaku!”

Laki-laki itu menjawab, “Aku takut orang lain mengambilnya…”

Putri-putri Ali bin Abi Thalib menggigil ketakutan… Melihat semua itu, Zainab maju ke depan sambil mendekap Ummu Kultsum dan Atikah seraya berkata, “Belum cukupkah kekejaman kalian dengan meyatimkan gadis-gadis ini? Mengapa kalian merasa harus menyempurnakan kekejaman itu dengan membakar kemah-kemah kami dan merampas harta serta kehormatan kami?”

Maka, terdengarlah teriakan dari salah seorang pasukan yang tak punya nurani, “Beruntunglah kalian karena kami tak sampai membunuh kalian. Ketahuilah, hai para wanita! Yazid dan Ibnu Ziyad memerintahkan kami agar membasmi al-Husain beserta seluruh rombongannya, termasuk kalian para wanita!”

“Jika demikian, biarkan kami di sini mengurusi jasad al-Husain dan para pengikutnya,” balas Zainab.

“Hai… kami akan menggiring kalian semua dan menancapkan kepala al-Husain di ujung tombak lalu menyerahkannya kepada Ubaidillah sebagai bukti, sebagaimana perintah gubernur sebelum kami meninggalkan Kufah!” jawab yang lain di antara pasukan musuh-musuh Allah itu.

Zainab lalu menengadahkan wajahnya ke langit seraya berdoa, “Ya Allah… gandakan kekuatan dan ketabahan kami, sebagai ganti al-Husain dan para pengikutnya.”

Kemudian, tentara-tentara bayaran Ubaidillah bin Ziyad itu melihat Ali bin Husain al-Sajjad yang terbaring sakit. Terdengarlah teriakan salah seorang di antara mereka, “Hai teman-teman, masih ada anak-anak Husain yang masih hidup. Jangan sisakan mereka!”

Yang lain berkata, “Jangan tergesa-gesa membunuhnya; kita bawa dia kepada Amir Umar bin Sa’ad.”

Syimir lalu mengeluarkan pedangnya dan hendak membunuh Ali bin Husain. Maka berkatalah Humaid bin Muslim kepada Syimir, “Sub-hânallâh, apakah engkau hendak membunuh anak kecil yang sedang sakit ini?”

Syimir menyergah, “Ibnu Ziyad memerintahkan kami membunuh semua anak al-Husain!”

Namun, Ibnu Sa’ad melarangnya, setelah mendengar Aqilah Zainab, putri Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, “Cukup! Jangan kalian membunuhnya hingga aku terbunuh…” Mendengar ucapan dan sorot mata tajam Zainab, mereka mengurungkan niatnya.

Musuh-musuh Allah itu tak puas sampai di situ. Tak puas merampas anting-anting dan gelang keluarga al-Husain, mereka keluarkan putri-putri Rasulullah saww dengan membakar kemah-kemahnya. Maka, berhamburanlah wanita-wanita itu, sambil menangis dan berteriak, “Demi Allah, tidakkah kalian membiarkan kami tanpa melewati jasad al-Husain?”

Ketika melihat jasad al-Husain yang berlumur darah, para wanita Ahlul Bait itu memukuli wajah sebagai tanda duka mendalam atas peristiwa itu.

Kini, tibalah giliran kepala-kepala suci syuhada Karbala…

Umar bin Sa’ad memerintahkan setiap kabilah memotong kepala-kepala syuhada Karbala yang akan dipersembahkan kepada Ubaidillah bin Ziyad dengan harapan hadiah darinya. Maka, bersiaplah suku Kindah bersama panglima Qais bin Asy’ats dengan 13 potong kepala, suku Hawazin bersama tentara Syimir dengan 13 potong kepala, suku Tamim dengan 7 potong kepala, bani As’ad dengan 16 potong kepala, dan pasukan lainnya dengan sisa kepala syuhada Karbala lainnya.

Di penghujung hari Asyura, Ibnu Sa’ad membawa kepala al-Husain di tangan Khuli bin Yazid al-Ashbahi dan Humaid bin Muslim Al-Azdi; hendak menyerahkan kepala cucu Nabi saww itu kepada Ubaidillah bin Ziyad. Sementara kepala-kepala keluarga dan pengikut setia al-Husain dibawa Syimir, Qais bin Asy’ats dan Umar bin Hujjaj. Menutur riwayat, jumlah seluruh kepala syuhada Karbala adalah 72 potong.

Berdasarkan riwayat Hisyam dari Nawar putri Malik, sebelum mempersembahkan kepala al-Husain kepada Ibnu Ziyad, Khuli pulang malam itu ke rumahnya, yang tidak jauh dari Karbala, dengan membawa kepala itu. Dia meletakkan kepala suci al-Husain di atas nampan, lalu berbaring di atas tempat tidurnya. Nawar kemudian bertanya kepadanya, “Apa yang kau bawa pulang ke rumah?”

“Aku datang membawa kekayaan untuk selamanya, inilah kepala Husain, bersamamu di rumah ini,” jawab Khuli.

Putri Malik itu pun menandas, “Celakalah engkau! Orang pulang bersama emas dan perak, sedangkan engkau pulang dengan kepala putra dari putri Rasulullah! Tidak, demi Allah! Aku tidak sudi lagi bersamamu!”

Kemudian, putri itu Malik keluar. Di luar, dia melihat keajaiban. Dia menuturkan, “Demi Allah, aku melihat cahaya membentang dari langit menuju nampan berisi kepala al-Husain as itu dan burung putih berputar-putar di sekitarnya.” Pagi harinya, Khuli membawa kepala suci Imam as ke hadapan Ubaidillah bin Ziyad.

Bergeraklah arak-arakan prajurit Ubaidillah bin Ziyad dengan kepala-kepala suci syuhada Karbala yang ditancapkan di ujung tombak dan pedang, sembari menggiring putri-putri Rasulullah sebagai tawanan.

Diriwayatkan, Zaid bin Arqam berkata, “Ketika itu, aku berada di kamarku. Lalu rombongan pembawa kepala-kepala yang sudah dipisahkan dari jasadnya itu lewat dekat rumahku. Aku mendengar ayat suci Allah Swt dilantunkan kepala al-Husain:

Demi Allah, wahai putra Rasulullah… kepalamu sungguh lebih menakjubkan…”

Diriwayatkan pula, Hilal bin Muawiyah berkata, “Ketika pawai arak-arakan dimulai dengan membawa kepala suci cucu Rasullah dan para syuhada Karbala lainnya, di pertengahan jalan, aku melihat orang yang membawa kepala al-Husain. Kepala cucu Rasul itu pun berbicara (kepadanya), ‘Engkau telah pisahkan kepalaku dari jasadku, semoga Allah memisahkan daging dari tulangmu, dan semoga Allah menyiksamu, sebagai contoh untuk seluruh alam.’ Ketika mendengar suara yang keluar dari mulut suci cucu Rasulullah itu, laki-laki pembawa kepala al-Husain itu mengangkat tongkat yang ada di tangannya, lalu memukul-mukulkannya kepada kepala al-Husain hingga mulut suci al-Husain terdiam. Di sinilah Allah ingin memperlihatkan keagungan-Nya.

Hari kesebelas bulan Muharam. Setelah mentari mulai membakar kulit para wanita Ahlul Bait Rasulullah, tepatnya setelah Zuhur, Ubaidillah mulai bergerak menuju Kufah. Sebelumnya, dia memerintahkan pasukannya mengumpulkan prajurit-prajuritnya yang terbunuh, kemudian menshalati dan menguburkannya. Sementara, dia biarkan pemimpin pemuda ahli surga, titipan kenabian, Aba Abdillah al-Husain beserta keluarga dan pengikut setianya tetap di lapangan terbuka Karbala, tanpa dimandikan, dikafankan, dan dikuburkan.

Bergeraklah pasukan yang dipimpin Ubaidillah bin Ziyad menuju Kufah, diikuti putri-putri al-Husain, janda-janda Ahlul Bait, dan keluarga para sahabat al-Husain; berlilitkan rantai di kaki mereka. Mereka terdiri dari 20 tawanan wanita, Ali Zainal Abidin al-Sajjad putra al-Husain, Muhammad al-Baqir putra al-Sajjâd, yang keduanya dilindungi Allah dalam peperangan itu sebagai penerus kepemimpinan, dan 12 anak-anak kecil lain dari Bani Hasyim…

Ketika terdengar komando pemimpin pasukan musuh Allah, Ubaidillah bin Ziyad, “Bergeraaak…!” Terdengarlah salam perpisahan Zainab, “Ya… Husain, maafkan kami semua. Kami tak diizinkan menguburkanmu, selamat berpisah abangku, ya Husain…”

Diriwayatkan, Sukainah sempat memeluk jasad ayahnya, al-Husain, dan mendengar suara :

Wahai pengikutku, saat kalian minum, ingatlah aku…

Jika kalian mendengar yang terasing atau syahid, ratapilah aku…

Sukainah memeluk erat jasad ayahnya, hingga seorang prajurit musuh Allah menariknya dengan paksa. Maka terlepaslah pelukan Sukainah…

Jarak Karbala dengan Kufah tak terlalu jauh… Sampailah pasukan beserta kafilah tawanan putri-putri Rasulullah itu di gerbang kota Kufah. Mereka disambut gubernur Kufah dengan gembira dan disambut beberapa wanita Kufah dengan tangis penyesalan sambil memukuli wajah masing-masing. Melihat itu, Ummu Kultsum berteriak, “Hai penduduk Kufah, tidakkah kalian malu kepada Allah dan Rasul-Nya dengan memandangi kami, kehormatan Nabi?”

Tiba-tiba, penduduk Kufah dan anak-anak mereka melemparkan kurma dan kepingan dinar ke arah rombongan Zainab. Ummu Kulstum segera berteriak, “Hai manusia, haram bagi kami menerima sedekah. Ketahuilah, kami keluarga nabi dan Ali.” Ummu Kultsum mengambil dan melemparkan kembali semuanya.

Kita lihat, betapa besar peran Aqilah Zainab al-Kubrâ, yang memiliki kharisma Ilahiah, cahaya Muhammadiah, dan keberanian Haidariah serta keluarga al-Musthafa Muhammad saww.

Seorang periwayat mengatakan, setelah Zainab memberi isyarat dengan pandangan matanya, tenggorokan semua penduduk Kufah tercekik membisu; dihentakkan oleh khutbah beliau, “Segala puji bagi Allah, shalawat atas kakekku Muhammad dan keluarganya yang suci. ‘Amma ba’du, wahai penduduk Kufah, para penipu dan pengkhianat! Mengapa kalian menangis hingga tak kering air mata kalian dan tak diam ratapan kalian? Sungguh, kalian tak ubahnya seorang wanita penenun yang mengoyak hasil tenunannya yang telah terajut kuat. Kalian jadikan sumpah dan ikrar sebagai permainan. Ketahuilah, yang ada pada diri kalian adalah bualan, dusta, kebohongan, penipuan, pengkhianatan, kedurjanaan, atau seonggok kotoran di kandang binatang piaraan, atau karat di sebilah pedang. Ketahuilah! Sungguh buruk murka Allah yang kalian pilih untuk kalian. Kalian akan menangis dan mengumpat diri kalian sendiri!”

“Wahai manusia! Demi Allah, banyak-banyaklah menangis dan sedikitlah tertawa. sebab, kalian telah melakukan hal yang amat memalukan dan menjijikkan; yang takkan pernah dapat kalian bersihkan dan gantikan dengan apapun. Bagaimana mungkin kalian dapat membersihkan diri kalian dari semua itu? Kalian telah membantai cucu-cucu utusan terakhir Tuhan, manusia-manusia yang sejak kecil menghirup wangi risalah dan menyaksikan cahaya wahyu, penghulu para pemuda surga, penjelas hujah, dan penajam lidah kalian! Betapa buruk perbuatan yang telah kalian lakukan ! Penyesalan, kesengsaraan, keterasingan, dan kehinaan adalah bagian kalian kelak. Kerja keras kalian sungguh sia-sia, dan perniagaan kalian akan merugi. Kalian akan menghadap Tuhan sebagai makhluk yang dimurkai dan dibenci Allah dan Rasulullah! Kehormatan Rasulullah telah kalian injak-injak, darahnya telah kalian alirkan dan cecerkan, dan larangannya telah kalian terjang!”

“Dengan perbuatan ini, kalian telah melakukan persekongkolan dan kecurangan yang legam dan kotor, tandus laksana bukit cadas, atau hampa bak angkasa bebas. Dan siksa akhirat adalah nasib kalian kelak. Hai Ibnu Ziyad, kau telah melakukan sesuatu yang tak pernah dilakukan para durjana, kapan dan di manapun! Tega nian kau lakukan semua ini!”

Ubaidillah kemudian bertanya, “Siapa wanita muda yang berdiri di sebelah Zainab itu?”

“Ia adalah Fathimah putri al-Husain,” jawab Khuli.

“Hai Fathimah, bagaimana tanggapanmu atas peristiwa yang menimpamu?” teriaknya.

Fathimah menghadapkan wajahnya yang sembab ke arah khalayak kota Kufah, lalu berpidato, “Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga tercurah atas kakekku, Rasulullah saww, beserta keluarganya yang suci. Amma ba’du, wahai penduduk Kufah! Wahai para penipu, pengkhianat, dan pelaku makar. Sesungguhnya kami, Ahlul Bait, memperoleh ujian berat dari Allah melalui kalian, dan kalian juga memperoleh ujian berat melalui kami. Namun, Alllah menjadikan ujian kami sebagai kebaikan; menjadikan pengetahuan dan pemahaman-Nya atas kami. Kami adalah kunci ilmu-Nya, tambang pengetahuan-Nya, kebijakan-Nya, hujah-Nya di muka bumi ini, di negeri-Nya, dan untuk hanba-hamba-Nya. Allah memuliakan kami dengan karamah-Nya. Allah mengutamakan kami atas semua ciptaan dengan Nabi-Nya. Tetapi, kalian telah menganggap kami pendusta, kalian menolak dan ingkar terhadap kami, serta beranggapan bahwa memerangi kami adalah perbuatan halal dan menjadikan harta kami sebagai rampasan. Seakan-akan kami adalah anak-anak gelandangan dan tawanan, sebagaimana halnya dulu kalian memerangi kakek kami, Rasulullah saww. Pedang-pedang kalian mengucurkan darah kami, Ahlil Bait, karena dendam lama yang bercokol di hati kalian. Karena itulah, mata kalian berbinar dan hati kalian berbunga. Jangan merasa gembira dengan menumpahkan darah kami dan merampok harta kami. Karena, sesungguhnya musibah agung yang kami hadapi telah ditentukan dalam Kitab Allah sebelum terjadi. Yang demikian itu sangat mudah bagi Allah, dan supaya kamu sekalian tidak berputus asa terhadap apa yang tidak kalian peroleh, serta tidak bergembira dengan apa yang kalian dapatkan. Sebab, Allah tidak menyukai orang-orang sombong…”

“Celakalah kalian! Nantikan laknat dan siksa Allah yang kian dekat menimpa kalian. Akan diciptakan perasaan dan suasana saling benci dan bermusuhan di antara kalian. Dan penindasan sebagian kalian atas sebagian yang lain. Setelah itu, kalian akan abadi dalam siksa amat pedih di hari kiamat lantaran kezaliman kalian atas kami. Ketahuilah! Sungguh laknat Allah itu ditimpakan atas orang-orang zalim…”

Selain Zainab dan Fathimah, Ali al-Sajjad dan Ummu Kultsum juga sempat berpidato, mengecam warga Kufah. Mari kita dengarkan pidato Ali Zainal Abidin al-Sajjad as, yang dirantai kedua tangannya serta dililitkan ke lehernya. Setelah memuji Allah Swt dan bershalawat kepada Rasulullah saww beserta keluarganya, beliau berkata, “Wahai manusia, barangsiapa mengenalku, dia telah adalah mengenalku. Dan barangsiapa tidak mengenalku, ketahuilah bahwa aku adalah Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Akulah putra yang dirusak kehormatannya, dihilangkan kenikmatannya, dirampas hartanya, dan ditawan keluarganya. Akulah putra yang disembelih di sisi sungai Furat. Akulah putra orang yang telah dibunuh dalam keadaan sabar, dan cukuplah semua itu sebagai kebanggaanku. Wahai manusia, aku minta kalian bersumpah kepada Allah; apakah kalian tahu bahwa sesungguhnya kalian telah menulis dan memberikan janji serta baiat kepada ayahku, lalu kalian membunuhnya? Maka, celakalah kalian atas apa yang telah kalian berikan untuk diri kalian! Dengan pandangan macam apa kalian akan melihat Rasulullah saww jika berkata kepada kalian, ‘Kalian semua telah membunuh putraku, telah merusak kehormatanku! Kalian bukan umatku!’”

Terdengarlah suara-suara tangisan, lalu terdengarlah teriakan di antara tangisan itu, “Binasalah kalian! Apa yang kalian ketahui?”

Kemudian, beliau melanjutkan pidatonya, “Semoga Allah merahmati orang yang mendengar nasihatku dan menjaga wasiatku di jalan Allah, Rasulullah saww, dan Ahlul Baitnya. Sesungguhnya kami memiliki suri teladan yang baik pada diri Rasulullah.”

Mereka serempak berkata, “Wahai putra Rasulullah, kami mendengar, taat, dan menjaga kehormatanmu tanpa meninggalkanmu. Kami tidak membencimu; kami telah menjagamu dan semoga Alllah merahmatimu. Kami perangi orang yang memerangimu dan berdamai dengan orang yang berdamai denganmu. Kami bebas dari mereka yang telah menzalimimu dan menzalimi kami.”

Maka, berkatalah Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, ” Tidak! Wahai para penipu dan pengkhianat! Tipulah di antara kalian dan nafsu kalian! Apakah kalian hendak datang padaku seperti kalian telah datang pada ayahku sebelumnya? Tidak! Sesungguhnya, luka belum sembuh dan ayahku beserta keluarganya kemarin telah dibunuh. Belum terlupakan oleh(ku) kehilangan atas Rasulullah, ayahku, dan anak-anak ayahku.”

Penduduk Kufah dikejutkan oleh suara keras pegawai istana, yang keluar-masuk perkampungan sambil mengumumkan bahwa Ubaidillah bin Ziyad akan memberikan pernyataan dan pidatonya di masjid jami. Seluruh warga diharap hadir.

Di hadapan warga Kufah yang berjejal, Ibnu Ziyad lalu berdiri dan mengawali ceramahnya dengan cercaan terhadap Ali, al-Hasan, al-Husain. Tiba-tiba, terdengar suara dari tengah khalayak. Ibnu Ziyad seketika menghentikan pidatonya. Abdullah bin ‘Afif al-Azdi yang lanjut usia dan buta, bangkit dari duduknya seraya berteriak, “Hai, hentikan bualanmu! Tutup mulutmu! Semoga Allah malaknatmu, ayah, dan kakekmu. Dan semoga Allah menggorengmu di kuali raksasa-Nya kelak, sebagai ganti dan balasan atas perbuatan-perbuatanmu yang keji; membantai cucu kesayangan Rasul saww, mencacinya, dan mempertontonkan kaum wanitanya. Hai, Ibnu Ziyad! Rasulullah saww pernah bersabda, ‘Barangsiapa mencaci Ali, berarti mencaciku. Barangsiapa mencaciku, berarti telah mencaci Allah. Barangsiapa mencaci Allah, maka wajahnya akan dibenamkan ke neraka!”

Suara sahabat nabi yang tua renta itu begitu tajam dan lantang, sehingga wajah gubernur Kufah itu memerah.

“Hai pengawalku! Seret lelaki tua bangka itu, lalu lucuti urat-urat di lehernya!” perintah Ibnu Ziyad seraya menunjuk Abdullah di keramaian khalayak. Perintahnya gagal dilaksanakan karena khalayak yang hadir menghalanginya. Lalu Ubaidillah turun dari mimbarnya menuju istana bersama para pengawalnya.

Suasana Kufah menjadi tegang. Kata-kata Abdullah al-Azdi telah menjadi bahan perbicangan. Berbarengan dengan itu, pasukan berkuda Ubaidillah bin Ziyad menelusuri perkampungan Kufah di malam hari, hingga berhenti di depan sebuah rumah sederhana. Inilah rumah Abdullah al-Azdi. Mereka adalah pasukan yang bertugas menculik siapa saja di antara penduduk Kufah yang berani menentang gubernur Ubaidillah bin Ziyad. Sejenak mereka berhenti di depan pintu rumah Abdullah, menanti perintah panglima.

Putri kecil Abdullah terjaga dari tidurnya. Setelah mengintip dari lubang pintu, dia segera membangunkan ayahnya yang sedang tidur. “Ayah, pasukan musuh telah bersiaga di depan rumah!” ujarnya sambil sedikit berbisik.

“Putriku, ambilkan pedangku!” remaja putri itu pun melaksanakan perintah ayahnya. “Tetaplah di sini dan berikan komando ke kanan dan ke kiri, saat aku berhadapan dengan mereka!” ujar lelaki tua yang buta dan pencinta Ahlil Bait itu mantap.

“Anakku, sampaikan salam ayah pada ibumu! Biarkan dia tertidur lelap. Itu lebih baik daripada melihat peristiwa yang akan kualami,” tambahnya sambil memeluk putri kesayangannya.

Pintu rumah Abdullah pun terlempar. Pasukan yang telah menghunuskan pedang itu mendobrak dan serentak masuk. Pedang Abdullah menyongsong kedatangan mereka, sambil berkata, “Akulah putra yang memiliki keutamaan dan selalu menjaga kehormatannya yang suci. Berapa pasukan di antara kalian yang sangat lemah ini mampu melawan pahlawan sepertiku!”

Serangan sahabat Nabi saww yang tak terduga itu berhasil merobohkan sejumlah tentara di tengah kegelapan. Pasukan Ibnu Ziyad seketika mundur, setelah melihat serangan Abdullah. Mereka lalu menyerbu Abdullah bin ‘Afif dari segala arah. Abdullah kewalahan melayani sergapan musuh-musuhnya. Luka di sekujur tubuhnya telah mengurangi tenaga dan ketangkasannya. Dia terjatuh dan mengerang kesakitan.

“Hentikan!” teriak sang komandan, “biarkan dia hidup! Seretlah tua bangka ini ke hadapan gubernur!”

Betapa gembira Ubaidillah bin Ziyad, yang sedari tadi telah menunggu dengan cemas, saat melihat kedatangan pasukannya yang membawa pesanannya.

“Alhamdulillah yang telah membutakan kedua matamu,” sapanya sambil menyeringai di hadapan Abdullah yang berlumur darah.

“Puji atas-Nya yang telah membutakan mata hatimu!” balas Abdullah.

“Aku telah berjanji untuk memisahkan tubuh dan nyawamu perlahan-lahan,” ujar Ubaidillah menakut-nakuti.

Abdullah hanya tersenyum mendengar ancaman Ubaidillah bin Ziyad. “Hai putra Marjanah! Aku bukan sasaran tepat bagi gertakanmu! Ketahuilah, kedua mataku ini telah kuhadiahkan kepada Ali saat memerangi kakek-kakekmu di Shiffin. Aku sangat menyesal karena tak berjaya meraih syahadah di sisi Amirul Mukminin sebagai bukti keberanian dan kesetiaanku. Kini harapanku terkabul ketika manusia-manusia paling bejat seperti kau hendak membunuhku. Hai Ubaidillah, inilah saat yang paling kunantikan!”

Akulah manusia beruntung, pemburu cinta

Kuhadiahkan mata sebagai cindera mata

Kubela Ali dengan segenap jiwa dan raga

Kususul kafilah putranya sebatang kara

Kematian dan luka bukanlah petaka

Bagi pencinta Ahlul Bait al-Musthafa

Jangan menunda-nunda, tak perlu memaksa

Akan kukejar pahala, kuhampiri surga

“Hai, bersihkan lantai istanaku dari darah manusia tak berguna ini!’ perintah Ubaidilah bin Ziyad menghentikan puisi Abdullah. “Seret dan salib dia! Biarkan tubuhnya menjadi persinggahan burung-burung pemakan bangkai.”

Perintah pun dilaksanakan. Akhirnya, Abdullah meneguk cawan al-Musthafa, innâ lillahi wa innâ ilahi râji’ûn.. Ya Allah, jadikan orang tua kami seperti Abdullah bin ‘Afif.

Masih banyak peristiwa-peristiwa dalam perjalanan dari Karbala sampai Syam, yang akhirnya Yazid bin Muawiyah membebaskan seluruh tawanan-tawanan yang terdiri para wanita Ahlul Bait, Ali Zainal Abidin, dan anak-anak kecil.

Tibalah mereka semua di kota Madinah.

Lihatlah Ummu Kultsum, ketika melihat pusara kakeknya, Rasulullah saww. Dia roboh di depan pintu masjid kakeknya; menangis sambil merangkak dan berusaha mendekati pusara Rasulullah saww.

“Salam sejahtera atas kakekku! Oh, betapa kami tersiksa karena rindu padamu! Kini, akulah wanita tanpa pelindung; bawalah aku bersamamu…”

Ali Zainal Abidin menyusul bibinya; menghampiri pusara kakeknya sambil menangis.

“Salam sejahtera bagimu, Rasulullah! Kami sungguh kesepian dan sengsara, umatmu telah membunuh putramu dan menganiaya putri-putrimu…”

Zainab beserta adik-adik dan kemenakannya, berlarian menuju pusara Rasulullah saww.

Imam Muhammad al-Baqir berkata, “Sesungguhnya langit menangis untuk al-Husain selama 40 hari (sejak kesyahidannya). Matahari memerah di kala terbit dan memerah di kala terbenam.”

Semoga kita menjadi pengikut al-Husain as…[]

Daftar Pustaka:

1. Maqtal al-Muqarram.

2. Nafas al-Mahmùm, karya Syaikh Abbâs al-Qummi.

3. Al-Khashâish al-Husainiyyah, karya Syaikh Ja’far al-Satri.

4. Dewi-dewi Sahara, karya Muhsin Labib

Benarkah ada 10 Sahabat Dijamin Masuk Sorga?

Jika hadis itu tidak dapat dipertangungjawabkan maka masihkah kita akan menggembar-gemborkan keutamaan 10 sahabat itu sebagai “yang mendapat jaminan masuk sorga” (‘asyrah mubassyariin bil jannah) oleh Allah melalui lisan suci Rasulullah? Pada zaman siapakah dan atas perintah siapakah hadis itu dibuat? Silahkan teliti kembali untuk membuka hakekat pemalsuan atas nama Rasul itu…!

————————————————————————-

Benarkah ada 10 Sahabat Dijamin Masuk Sorga?

Mungkin banyak dari saudara-saudara Ahlusunnah yang sering mendengar akan adanya hadis yang menyatakan jaminan Rasul terhadap 10 sahabat beliau untuk masuk sorga. Anehnya, hadis yang terkenal itu selain tidak diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, juga tidak pernah dijadikan argumen khalifah pertama dan kedua dalam pemilihan mereka sebagai khalifah. Padahal jika hadis Rasul itu memang benar adanya maka itu juga dapat dijadikan penguat akan legalitas kekhalifahan mereka.

Namun, ternyata hadis itu memiliki ‘tanda tanya besar’ yang mengakibatkan kita meragukan kebenarannya. Hadis itu memiliki dua sandaran (sanad) yang kedua-duanya tidak dapat dipercaya.

Sanad pertama hadis itu kembali kepada pribadi yang bernama Humaid bin Abdurrahman bin Auf, dimana konon Umaid menukil hadis tersebut dari ayahnya, Abdurrahman. Padahal sewaktu ayahnya meninggal, Humaid masih berusia kanak-kanak, 10 tahun. (Tahdzib at-Tahdzib 3/40)

Sanad kedua kembali kepada pribadi Abdullah bin Dzalim dimana kepribadiannya sangat ditentang oleh para ulama ilmu hadis Ahlusunnah sendiri, seperti: Bukhari, Ibnu ‘Adi, Aqili dan selainnya. (Tahdzib at-Tahdzib 5/236, adz-Dzu’afaa’ al-Kabir 2/267, al-Kamil fi adz-Dzu’afaa’ 4/223)

Jika hadis itu tidak dapat dipertangungjawabkan maka masihkah kita akan menggembar-gemborkan keutamaan 10 sahabat itu sebagai “yang mendapat jaminan masuk sorga” (‘asyrah mubassyariin bil jannah) oleh Allah melalui lisan suci Rasulullah? Pada zaman siapakah dan atas perintah siapakah hadis itu dibuat? Silahkan teliti kembali untuk membuka hakekat pemalsuan atas nama Rasul itu…!


44 Tanggapan ke “Benarkah ada 10 Sahabat Dijamin Masuk Sorga?”

  1. Hari gene masih mempertanyakan legalitas kekhalifahan Sy. Abu Bakar & Sy. Umar bin Khatab? Mau kemana anda? Mengubah dunia, mengembalikan kekhalifahan kpd tokoh anda yg PASTI derajatnya dibawah para sahabat Rasul? Atau mau memecah belah umat? Ingin jadi Abdullah bin Saba ke2? Tak inginkah Islam kembali berjaya, bersatu dalam satu kepemimpinan?

    Ketahuilah, saat Sy. Abu Bakar & Sy. Umar ibn Khatab menjadi khalifah Sy. Ali bin Abi Thalib masih hidup. Dan tidak ada riwayat sejarah yg menyebutkan bahwa beliau menolak kekhalifahan 2 sahabat mulia tsb kecuali hari ke 2-3 kewafatannya Rasulullah. Setelah itu tidak ada catatan tentang pemberontakan atau apapun namanya yg serupa dengan itu yg berniat menggoyangkan kekhalifahan. Bahkan jauh setelahnya Muawiyah bin Abi Sufyanpun menjamin beliau.

    Pertanyaan besar utk mereka yg mengaku2 cinta Rasul tapi menafikan 2 kekhalifahan di awal wafat Rasul adalah :
    Dimanakah mereka yg mengaku cinta Rasul, cinta keluarga Rasul sehingga terjadi tragedi karbala?

    ——————————————–

    Islam Syiah:
    Kenapa masih dipertanyakan? Karena masalah legalitas kekhilafan Rasul bukan hanya berskup penguasa politik saja, tetapi jauh lebih luas dari itu. Penyimpangan yang ada dalam Islam juga berimbas dari semua itu. Makanya, legalitasnya harus selalu dipertanyakan sepanjang Islam masih ada di muka bumi, karena sebagaimana Nabi selalu diikuti oleh kaum muslimin maka saat itu juga kaum muslimin akan mengikuti khalifah2 pasca wafat Nabi. Olah karenanya, kebenaran harus diungkap. Memang, seringnya, menerima kebenaran itu pahit rasanya. Tak jarang, terjadi pembunuhan demi kebenaran. Sejarah telah mencatat hal tersebut.

    Tidak ada bukti dalam sejarah yang membuktikan dengan jelas bahwa Sy Ali berbaiat, walaupun secara terpaksa. Pembakaran rumah Fathimah binti Rasul pasca peristiwa pemilihan Khalifah di Saqifah Bani Saidah adalah bukti nyata bahwa keluarga Rasul tidak pernah mengakui kekhalifahan tersebut. Bukti lebih nyata lagi, khutbah ketiga Sy Ali -yang terkenal dengan sebutan Khutbah Syiqsyiqiyah- yang terukir dalam kumpulan khutbah, surat dan hikmah beliau yang terus dinamai kitab ‘Nahjul Balaghah’ (yang juga diakui oleh beberapa ulama Ahlusunnah dan mereka syarahi) telah membuktikan bahwa Sy Ali menahan penderitaan selama berkuasanya tiga khalifah sebelumnya, demi kemaslahatan umat Muhammad. Khutbah ini dipaparkan ketika ia secara de facto menjabat sebagai khalifah Rasul. Silahkan anda buktikan secara ilmiah bahwa Muawiyah bin Abu Sofyan menjamin kekhalifahan Sy Ali dengan menunjukkan sandaran2 ilmiah? Justru Muawiyah telah membikin-bikin isu bahkan hadis palsu yang membuat nama Sy Ali tercemar, bahkan Muawiyah mewajibkan para khatib jum’at untuk melaknat Sy Ali, apakah itu merupakan jaminan? Jaminan model apa?

    Peristiwa Karbala terjadi karena kegilaan Yazid bin Muawiyah bin Abi Sofyan dimana keluarga besar Bani Umayyah inilah yang sejak Rasul hidup telah dilaknat oleh beliau (lihat buku karya al-Hakim an-Naisaburi yang berjudul “Mustadrak alas Shahihain” jilid ke 4). Pertanyaan saya selanjutnya; Apakah ada kaum muslimin pengaku pengikut Muhammad Rasulullah yang tidak ‘mengaku cinta keluarga Rasul’? Apakah mengaku cinta Rasul didominasi Syiah? Itu kalau kita bicara ‘ngaku-ngaku cinta’. Hanya kaum Nashibi (plural: Nawashib) saja yang dengan terang-terangan membenci keluarga Rasul. Yazid dan bala tentaranya adalah Nashibi yang hatta mayoritas ulama Ahlusunnah pun melaknatnya. Walaupun ada dari kalangan sekte Wahabisme yang memujanya hingga mengarang buku tentang “Keutamaan Yazid bin Muawiyah”, padahal ia terlaknat melalui lisan suci Rasul. Apakah pemuja orang terlaknat tidak terlaknat?

    Syiah dari dulu minoritas dan ditekan, itu kenyataan sejarah yang tidak mungkin dipungkiri. Syiah Ali pada zaman peritiwa Karbala pun sangat minim, tetapi yang mengaku cinta Rasul sangat banyak, sebagaimana yang sudah disinggung (hampir semua kaum muslimin, minus Nawashib). Sebagian kecil kaum muslimin, ingin meletakkan kesalahan pembunuhan Sy Husein kepada Syiah, karena mayoritas pembunuh Husein adalah orang Kufah yang mengaku cinta keluarga Rasul. Logika makar semacam ini juga pernah dilakukan Muawiyah bin Abi Sofyan untuk menghindari vonis sesat Rasul atas pembunuh sahabat Ammar bin Yasir dengan mengatakan bahwa Sy Ali-lah pembinih Ammar karena ialah yang mengajak Ammar ke medan perang sehingga terbunuh. PAdahal kita tahu, Ammar terbunuh karena ia di barisan Sy Ali untuk memerangi Muawiyah. Begitu peristiwa Karbala. Tidak semua yang mengaku cinta Rasul dan keluarganya itu Syiah, tetapi Syiah pasti cinta Rasul serta keluarganya. Apakah dengan begitu maka pembunuh Husein bin Ali (cucu Rasulullah) adalah orang Syiah karena orang-orang Kufah
    pembunuh Sy Husein mengaku cinta Rasul dan keluarganya? Nanti akan kita cantumkan tuilisan berkaitan dengan hal ini di Blog ini….


  2. Rasulullah SAW bersabda:

    “Janganlah kamu mencaci-maki sahabat-sahabatku. Kalau ada orang yang menafkahkan emas sebesar gunung Uhud, tidak akan mencapai satu cupak (satu ons) atau separonya dari yang telah mereka infakkan”. (Mashabih Assunnah)

    “Sahabat-sahabatku ibarat bintang-bintang. Barangsiapa menelusuri salah satunya dia mendapat petunjuk jalan”. (Ad-daarami)

    Dari Abu Najih ’Irbadh bin Sariyah rodhiallohu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasihati kami dengan nasihat yang menggetarkan hati dan mencucurkan air mata. Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, seperti ini adalah nasihat perpisahan, karena itu berilah kami nasihat”. Beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepada kalian untuk tetap menjaga ketakwaan kepada Alloh ‘azza wa jalla, tunduk taat (kepada pemimpin) meskipun kalian dipimpin oleh seorang budak Habsyi. Karena orang-orang yang hidup sesudahku akan melihat berbagai perselisihan, hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk (Alloh). Peganglah kuat-kuat sunnah itu dengan gigi geraham dan jauhilah ajaran-ajaran yang baru (dalam agama) karena semua bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, ia berkata, “Hadits ini hasan shahih”)

    Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu berkata, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian saling dengki, jangan saling menipu, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, dan jangan kalian membeli suatu barang yang (akan) dibeli orang. Jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, tidak layak untuk saling menzhalimi, berbohong kepadanya dan acuh kepadanya. Taqwa itu ada disini (beliau sambil menunjuk dadanya 3 kali). Cukuplah seseorang dikatakan jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Haram bagi seorang muslim dari muslim yang lainnya, darahnya, hartanya, dan harga dirinya” (HR. Muslim)

    ———————————————-

    Islam Syiah:
    Sebelumnya saya mau tanya; Sabda Rasul itu beliau ungkapkan di hadapan siapa? Sahabat juga khan? Berarti seakan Rasul bersabda: “Wahai sahabatku, Janganlah kamu mencaci-maki sahabat-sahabatku…dst”. Kenyataannya gimana? Tahukah anda siapa yang membunuh Ammar bin Yasir, yang mengucilkan Abu Dzar al-Ghiffari, dst? Sahabat juga bukan? Lha terus kita mau membenarkan yang mana…? Ungkapan Rasul untuk siapa?

    Dan secara global, Kita setuju itu, tetapi sahabat yang mana? Apakah al-Ashab al-Akhyar atau juga al-Ashab yang berani menentang perintah Rasul dan melanggar garis hukum Allah? Lihat kembali tulisan kami tentang siapa sahabat…

    Kalau semua sahabat secara mutlak dan tanpa perkecualian, maka itu namanya Pengkultusan Semua Sahabat…padahal pengkultusan itu khan gak baik. Pengkultusan satu manusia biasa saja gak bener koq, ini malah ratusan ribu yang mau dikultuskan…? Yang bener aja om…:)

    Ini kita belum main kritisi beberapa hadis yang anda nukil di atas lho…untuk nyingkat waktu.


  3. Karena hadits dijadikan dasar hukum kedua setelah Al-Qur’an maka otomatis tidak hanya berlaku pada masa Rasulullah hidup tapi juga hingga saat ini. Jadi pengertian tidak mencaci-maki sahabat tsb tentu juga berlaku hingga sekarang. Tapi jika anda menginterpretasikannya situasional sehingga sekarang boleh mencaci-maki sahabat Rasulullah ya silahkan saja. Toh dosa ditanggung sendiri2 dan nanti semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

    Dalam hati mereka ada penyakit (dengki, iri hati, dendam), lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS. Al Baqarah:2)

    Saya ingin mengkoreksi pernyataan anda yg mengatakan bhw kalangan ahlu sunnah “meng-kultus-kan” semua sahabat. Yg benar adalah ahlu sunnah sangat menghormati para sahabat karena mereka sangat berjasa dalam perjuangan Islam sehingga Islam bisa besar sekarang. Bahwa mereka pernah punya kesalahan ya manusiawi karena mereka memang tidak dijamin Allah ma’sum sebagaimana Rasulullah, tidak terkecuali Sayidina Ali ra dan para ahlu bait Rasulullah (Fatimah, Hasan, Husein dan keturunannya) yg juga tidak ma’sum.

    —————————————————————

    Islam Syiah:
    Apakah menghormati itu harus membenarkan semua prilaku mereka sehingga menjadi kesepakatan bahwa DILARANG mengkritisi kesalahan sahabat? Apakah Islam melarang mengkritisi orang yang bersalah? Apakah membenarkan atau paling tidak diam akan kesalahan seseorang bahkan hanya menunjukkan keutamaan secara umum saja itu bukan berarti membesar-besarkan mereka? Pujian yang bukan pada tempatnya itu namanya ‘kultus individu’….

    Masalahnya bukan hanya itu urusan Allah atau tidak…tetapi kita generasi sekarang ini lho, apakah akan mengikuti yang berbuat salah (atau yang kadang salah dan kadang benar) atau yang dijamin benar?

    Hanya Rasul yang maksum, lantas apa yang anda pahami dari 33:33 itu? Apakah penyucian sesuci-sucinya itu bukan jaminan maksum? Lihat hadis-hadis yang ada, kepada siapa ayat itu turun…Selamat meneliti.


  4. di/pada September 2, 2008 pada 7:25 am Kian Santang

    “Janganlah kamu mencaci-maki sahabat-sahabatku….”

    Bagaimana kalau yang mencaci-maki sahabat nabi adalah sahabat nabi juga ?


  5. Maaf, masih minim ilmu..lalu 33:33 buat siapa ya pak? Allah membersihkan Ahlul Bait sebersih bersihnya..dan ngga pernah Allah tidak lagi memakai kalimat “sebersih bersihnya” selain di surah ini. Bosen konflik sunni-syiah beda pendapat mlulu saya telusuri di jalur sunni, saya baca hadist muslim bab keutamaan sahabat, bagian keutamaan ahlul bait hadis ke 61, kurang lebihnya:

    Aisyah menceritakan:”suatu hari nabi Muhammad saw keluar sore dengan mengenakan mantel hitam, kemudian hasan bin ali datang..fathima datang, ali datang, dan hussein datang..lalu nabi memasukkannya kedalam mantel itu lalu nabi membacakan surah 33:33..”

    Jadi pusing sendiri..


  6. di/pada September 9, 2008 pada 9:42 am Yushidarma

    Mau sedikit memberikan comment :

    sebenarnya dalam syiah, mereka bukan mencaci maki sahabat tetapi lebih kepada memberikan penjelasan secara lebih proposional antara sahabat nabi : mana yang jujur dan mana yang tidak/kurang jujur (bukankah itu juga manusiawi).

    apakah sama sahabat nabi yang saling berperang ..?
    apakah sama kebenarannya jika mereka berperang..?
    apakah sahabat nabi sama-sama masuk surga walau satu sama lain saling berperang..?

    apakah sama yang satu membela kebenaran dan yang lain membela untuk kepentingan lain..?

    apakah sama yang satu syahid membela kebenaran dan yang mati karena kepentingan urusan dunia..?

    tapi kenyataan bahwa Sahabat nabi yang banyak dicaci maki oleh umat nabinya adalah justru sahabat yang telah banyak mendapat keutamaan dari nabinya.

    sekian puluh tahun ( 70-80 tahun) Ali bin Abi Thalib ra mendapat cacian disetiap mimbar jum’at. riwayat ini sudah munttawatir dikalangan kitab Ahlussunnah.

    jadi siapa yang mencaci maki disini..? syiahkah yang mencaci Ali bin Abi Thalib ra ..? atau siapa..?


  7. fnoor jawab dong…..


  8. Salam Kenal
    Andai hadist itu palsu hasil rekayasa bani umayah, bagi saya yang menarik bahwa seorang Rasul benar2 bisa memberikan syafaat kepada ummatnya mulai dari dunia sampai ke akhirat kelak.
    Rasulullah atas syafaatnya dan tentu saja atas petunjuk dari Allah bisa memberikan garansi kepada siapa saja untuk masu syurga

    ————————————————————-

    Islam Syiah:
    Salam kenal juga….Benar dan setuju sekali. Keagungan Rasul yang tiada satu makhlukpun yang dapat menandinginya adalah satu keniscayaan yang harus selalu kita imani dan kita terapkan keimanan tersebut di kehidupan kita sehari-hari.


  9. maaf ada kata-kata -” sekian puluh tahun ( 70-80 tahun) Ali bin Abi Thalib ra mendapat cacian disetiap mimbar jum’at. riwayat ini sudah munttawatir dikalangan kitab Ahlussunnah. ” ini tahun berapa dan siapa yang berkuasa yah?

    ———————————————————–

    Islam Syiah:
    Secara ringkas, hingga tahun 110 H Ali dilaknat di mimbar-mimbar Jumat atas prakarsa penguasa Bani Umayyah, namun Umar bin Abdul Aziz (salah satu penguasa Bani Ummayah) yang melihat ketidakadilan ini akhirnya melarangnya.


  10. di/pada Oktober 7, 2008 pada 12:54 pm herry.sudjono

    Pak Yushidarma,

    Ya benar. Orang2 syi’ahlah yang secara tidak langsung menuduh Imam ‘Ali ra. penakut dengan menyatakan bahwa beliau pura2 nurut sama 3 khalifah awwal bahkan ikut shalat menjadi makmum mereka selama +/-24 tahun.

    ———————————————————

    Islam Syiah:
    Jika anda mengetahui hakekat Taqiyah (sudah kita singgung di blog ini) niscaya anda tidak akan mengeluarkan kesimpulan semacam itu.


  11. di/pada Oktober 12, 2008 pada 8:58 am mujahid cinta

    Sungguh sangat benar-benar menyesatkan


  12. Di ghadir khum…..rasulallah berpidato: MAN KUNTU MAULA FA HADZA ALIYUN MAULA ( barang siapa yang menganggap saya pemimpinnya, maka ali lah pemimimpinnya).
    WAHAI MANUSIA SAMPAIKANLAH KEPADA ORANG YANG TIDAK HADIR. BAIK DIA LAKI LAKI,PEREMPUAN,ARAB,AJAM,TUA,MUDA,PUTIH,HITAM.

    dari ibn abbas r.a: rasulallah berkata kepada imam ali ” Engkau pemimpin setiap orang beriman setelahku”

    pikir masing masing ah……


  13. permaslahanya bukan memecah ataupun tidak percaya dengan abu bakar atau umar, tetapi hal ini lebih menyangkut kepada fakta-fakta kebenaran yang ada untuk kita ketahui bersama benar tidaknya dari hadist tersebut


  14. hendaknya harus dicari kebenaran-kebenaran baru ,yang hal itu bisa membantu untuk memperkuat kebenaran-kebenaran yang ada. hal itu sesuai dengan hadist nabi “kulil haqqo walau kana murro”


  15. itu hadis yang menjamin 10 sahabat masuk surga kalaupun ngotot dianggap sahih, bertentangan dengan hadis perihal murtadnya sebagian para sahabat dalam sahih Bukhori dan Muslim yang kira2 berbunyi :”Aku berada di tepi telaga untuk melihat siapa saja diantara kalian yang akan minum dari telagaku. Ada sekelompok manusia yang akan dihalangi lalu aku memohon: Wahai Tuhanku, mereka adalah sebagian dari umatku. Kemudian dikatakan: Tidak tahukah anda apa yang telah mereka perbuat sesudahmu ? Demi Allah mereka langsung kembali kepada kekafiran sepeninggalmu.”

    Jadi sampai kapan kita menutup-nutupi masalah yang menyangkut para sahabat ini. Sekarang ini kitab2 hadis spt Bukhori, Muslim dll. bisa diakses oleh siapa saja di seluruh dunia dan sudah diterjemahkan kedlam bhs Inggris.


  16. di/pada Oktober 26, 2008 pada 4:26 am Ibnu Malik

    Kalau anda berpikir bahwa ahlul bait dan imam-imam kalian adalah orang yang ma’sum dari segala dosa, terbebas dari segala kesalahan dan ketergelinciran. Maka kalian harus me-revisi pikiran kalian lagi. Malaikat yang jelas-jelas tidak mempunyai hawa nafsu selain hanya ber-ibadah kepada Allah SWT kebingungan untuk menetapkan seorang pembunuh yang sudah membunuh 100 orang ketika didalam perjalanannya mencari seorang alim karena ingin bertaubat, meninggal sebelum sampai ke tempat tujuan, maka apakah imam-imam kalian lebih tinggi derajatnya daripada malaikat-malaikat tersebut? Bahkan manusia yang paling mulia sekalipun Rasulullah SAW beberapa kali ditegur oleh Rabb pencipta alam semesta beserta isinya Allah SWT, salah satu contohnya didalam QS. ABASA: 1-16(tidak perlu pemahaman yang aneh-aneh), apakah imam-imam kalian lebih tinggi derajatnya daripada Rasulullah SAW? Apakah benar Umar Al Khattab RA memukul Fatimah sehingga menyebabkan keguguran? Lalu bagaimana dengan Ali Bin Abu Thalib RA, apakah beliau sangat sakit hati sehingga menamakan anaknya dengan nama Umar(dari istri yang lain)? Apakah tidak ada peringatan dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW bahwa sahabat-sahabat terdekat beliau adalah orang-orang munafiq? Apakah beliau tidak diperingatkan oleh Allah SWT, ketika Rasulullah SAW ingin menikahi Aisyah dan Hafshah, bahwa kedua calon istrinya ini adalah orang-orang munafiq? Ahlus Sunnah memandang secara proporsional semua sahabat dan semua ahlul bait(termasuk semua istri). Kita menghormati para sahabat dan mencintai ahlul bait. Dan memang sudah menjadi fitrahnya kalau manusia tidak lepas dari dosa dan kesalahan. Kita diwajibkan mengambil yang baik-baik dari mereka. Dan saya sangat meyakini bahwa mereka semua lebih baik dan lebih utama di sisi Rasulullah SAW dibandingkan dengan kita semua. Wallahu A’lam Bish Shawab.

    ———————————————————–

    Islam Syiah:
    Justru semua pertanyaan itu -yang anda pun tidak tahu hakekatnya- harus anda kaji lagi dengan lebih bersungguh-sungguh dari kitab anda. Kalau para Imam lebih mulia dari malaikat, apa kendalanya? Bukankah anda juga meyakini bahhwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, apalagi jika manusia itu adalah tergolong alim, apalagi alimnya telah ditetapkan dalam al-Quran?
    Bukan hanya anda, umat Islam Syiah juga menghormati sahabat. Tetapi sahabat yang mana, apakah semua sahabat tanpa terkecuali, hatta sahabat yang saling membunuh (padahal membunuh sesama muslim adalah haram dalam Islam)? Itu letak perbedaan antara anda dengan kami. Silahkan baca lagi tulisan di blog ini tentang “siapakah sahabat”?
    Insya-Allah akan kita sebutkan lagi tulisan ttg hal tersebut, nantikan


  17. di/pada Oktober 26, 2008 pada 5:47 am Ibnu Malik

    Hadits Ghadir Khum ada 2 versi, kalau yang dimunculkan versi syiah maka benarlah menurut kalian, begitu juga dengan versi sunni maka benarlah menurut sunni. Taruh kata versi syiah yang paling benar, apakah kalian sedang mencela Ali bin Abu Thalib RA sebagai orang yang lemah? Apakah menurut kalian Ali bin Abu Thalib RA sedang terbelenggu tangan dan kakinya ketika 3 kulafaur rasyidin mendahului beliau setelah beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda begini dan begitu? Sedangkan sunni saja mempercayai julukan yang diberikan Ali bin Abu Thalib RA sebagai “Singa Allah”. Bahkan Umar Al Khattab akan didera ketika beliau tidak bisa mendatangkan 4 orang saksi kasus perzinahan oleh Ali bin Abu Thalib RA. Ahlus Sunnah mengakui Ali bin Abu Thalib RA adalah seorang yang gagah berani, seorang yang tegas pada pendiriannya, seorang yang hampir selalu mengikuti perang melawan musuh islam, orang yang dipercayai Rasulullah SAW untuk membuka benteng khaibar dan berhasil menaklukannya. Saya menulis begini bukan tanpa dasar, tapi saya mengambil kesimpulan dari beberapa buku yang telah saya baca. Saya lebih senang mendengarkan dongeng tentang bagaimana perkasanya seorang jagoan yang tidak mau haknya dizholimi dari seorang yang mengakui mencintainya. Wallahu A’lam Bish Shawab.

    —————————————————————

    Islam Syiah:
    Di ghadir khum, Rasulullah berkhotbah sekali dan disaksikan oleh ratusan ribu sahabat. Kalaulah benar ada dua versi ceramah maka hanya ada dua kemungkinan; salah satu dari keduanya salah, atau dua-duanya salah. Cuman, sesuai dengan nukilan dari kitab2 Sunni-Syiah bahwa di ghadir Khum itulah Rasul mengangkat tangan Ali dan mengatakan: “…Man kuntu maulahu fa aliyun maulahu…”. Karena ini adalah kesepakatan maka tidak ada seorang muslim yang membaca sejarahpun yang mengingkarinya. Namun untuk lari dari kenyataan itu, akhirnya mulai ada perobahan dari pengartian makna ‘maula’, pemimpin. Kata itu hendak dipaksa diartikan dengan kekasih. Padahal itu sangat jauh sekali. Apa mungkin hanya untuk mengumumkan kekasih Rasul bersusah2 mengumpulkan semua sahabatnya yang ikut haji wada’, bahkan disuruh kembali yang sudah pergi balik?
    Kalaupun (taruhlah) benar berarti kekasih maka konsekuensi dari kekasih adalah mengikuti. innal muhibba liman yuhibbu muthi’u (kekasih akan taat kepada yang dikasihinya).

    Mas, keheroan seseorang tidak hanya dilihat dari perlawanan fisik saja, dalam membela kebenaran. jika begitu, maka anda akan terpaksa akan malas mendengar kisah para nabi yang terbunuh karena dianiaya tanpa perlawanan, seperti nabi Yahya. Perlawanan fisik tidak meniscayakan keberanian. Banyak kasus perlawanan fisik yang berartikan kekonyolan, karena tanpa melihat sikon yang ada. Maslahat adalah salah pertimbangan dari sikon tersebut. Imam Ali diam, bukan berarti tidak berani. Tetapi beliau melihat maslahat umat Muhammad. Jika beliau memaksakan untuk melawan fisik maka beliau tergolong melawan maslahat dan masuk kategori konyol. Anda sudah tahu keberanian Ali di hadapan yang jelas-jelas musuh Islam kan? Tapi Ali bersedia mengalah ketika berhadapan dengan orang-orang yang zahirnya saudaranya seiman dan seakidah, demi kmaslahatan umat Muhammad secara umum. Ali mengalah untuk menang. Jika anda ingin melihat betapa beratnya Ali menahan derita (mengalah) ketika ia dizalimi, silahkan baca khotbah ketiga beliau di Nahjul Balaghah yang dijkenal dengan klhutbah syiqsyiqiyah. Buku itu juga direkomendasikan oleh para ulama sunni seperti Muhammad Abduh dan ibnu Abdul Hadid sendiri.


  18. di/pada Oktober 26, 2008 pada 6:06 am Ibnu Malik

    Apakah hadits tersebut menyebutkan 10 nama yang sudah dijamin oleh Rasulullah SAW masuk surga? Apakah anda sedang mempunyai banyak masalah pribadi, sehingga tidak bisa membedakan teks yang sudah jelas antara kedua hadits tersebut? Dan tanpa rasa malu sedikitpun anda menulis bahwa hadits yang satu menyelisihi hadits yang lain.

    ————————————————————————

    Islam Syiah:

    Masalah pribadi harus dijauhkan dalam mempelajari kebenaran agama atau mazhab, itu baru proporsional. Anda tidak bisa menjawab pertanyaan artikel di atas lantas menuduh kami dengan tuduhan itu, tidak proporsional. Sengaja saya tidak menyebut teks hadis itu agar tidak menyinggung banyak saudara Sunni yang kadung menyakininya, mungkin termasuk anda. Saya hanya ingin mengajak berpikir, agar kita kritis dalam menghadapi hal-hal semacam itu, apalagi pembohongan atas nabi. Anda sudah mengecek kebenaran sanad hadis2 itu? Jika sanadnya saja bermasalah maka bagaimana dengan muatannya, lebih parah lagi bukan?


  19. di/pada Oktober 26, 2008 pada 6:20 am Ibnu Malik

    Kepada Islam Syiah: Lebih baik anda menunjukan dalil-dalil yang shahih bahwa ulama-ulama sunni menghujat Ali bin Abu Thalib RA dan keluarganya, daripada berkoar-koar gak karuan. Anda pasti sudah mengetahui bagaimana kecintaan Imam Syafii terhadap Ali bin Abu Thalib, beliau berkata: “Saya mencintai Ali bin Abu Thalib RA, jika mencintai beliau aku dituduh seorang Rafidhah maka saya adalah seorang Rafidhah.” Kurang lebih seperti itu pernyataan Imam Syafii. Apakah kenyataan seperti ini yang hendak anda sembunyikan?

    ————————————————————————

    Islam Syiah:
    Ini bukti bahwa anda tidak memahami relasi antara tawalli (mahabbah) dan tabarri (bughd). Syiah tidak pernah menyatakan ungkapan seperti: “Sahabat sayyidina Ammar Yasir radhiyallahu anhu telah dibunuh oleh sahabat sayyidina Muawiyah radhiyallahu anhu”. Karena mustahil dalam peristiwa pembunuhan itu keduanya benar. Syiah akan meneliti kasusnya dan menyatakan siapa yang benar dan siapa yang salah. Yang salah harus dilepastangani (tabarri) dan yang benar harus ditiru (tawalli). Ini berbeda dengan konsep “kebaikan (’udul) semua sahabat” yang diyakini oleh Ahlusunnah secara umum. Sehingga dari situ mereka akan terpaksa membenarkan dua sahabat dalam kasus saling caci, saling fitnah, bahkan saling bunuh.


  20. di/pada Oktober 26, 2008 pada 6:29 am Ibnu Malik

    Kepada Islam Syiah: bukankah makin banyak orang yang mendengar sabda Rasulullah SAW maka makin kuat hadits tersebut dibandingkan hanya segelintir orang yang meriwayatkan. Coba anda cek kembali di shahih bukhari-muslim apakah ada seratus ribu sahabat yang meriwayatkan hadits. Untuk memastikan saja takutnya anda salah ketik lagi.

    ———————————————————–

    Islam Syiah:

    Mas, permasalahannya bukan pada kuantitas, tapi lebih pada kualitas. Jika ada satu orang adil dan bertakwa yang meriwayatkan maka jauh lebih bagus dan berharga ketimbang 1000 orang fasiq dan pembohong yang meriwayatkan. Anda lihat kembali para perawi (sanad) dalam ungkapan yang konon hadis Nabi itu. Saya telah meneliti lebih dahulu baru meng-up loadnya.


  21. Salam ukhuwwah dari Malaysia.. Aku perasan org Islam seperti tlupa ada perkara besar yang perlu diselesaikan. Sibuk dalam hal yang telah lalu yang masing-masing tidak hidup pada zaman itu. Umar Abd. Aziz pernah berkata janganlah kita kotori lidah kita sepertimana mereka telah kotori pedang mereka. Ketidakadilan memang berlaku kerana mereka saling mencaci antara satu sama lain. Sedangkan yang non-muslim pun kita tidak boleh mengata apatah lagi saudara Islam. Ayuh saudara2 sekelian, hidupkanla Islam dalam dirimu, tegakanlah ia! Biar org sekeliling merasai kehebatan Islam dan kita semua berkumpul dibawah payung shahadah. Inallilah


  22. hafizah, justru adanya hadis2 spt itu (10 sahabat dijamin masuk sorga) yang membuat Sunni selalu berburuk sangka kepada Syi’ah.

    Permasalahannya pihak Sunni sendiri kurang teliti atau kritis terhadap hadis2 yang ada dalam kitab2 hadis Sunni sendiri.

    Banyak sekali hadis2 yang menempatkan para sahabat itu seolah-olah tidak ada celanya dan tidak boleh diganggu gugat. Kira2 selevel dg Nabi. Padahal kenyataannya sebaliknya. Ada yang saleh tapi juga banyak yang fasik.

    Jadi ketika orang Syi’ah mengkritik salah satu sahabat, maka orang Sunni yang sudah “terdoktrin” dg hadis2 spt itu, maka mereka marah dan menuduh orang2 Syi’ah mencaci-maki sahabat. Bahkan untuk masalah ini sudah dibuat pula hadis yang kira2 isinya Nabi tidak membolehkan mencaci maki para sahabat. Hadis ini bertentangan dengan hadis lain yang lebih kuat yang menyatakan bahwa sebagian sahabat masuk neraka (Hadis Al Haudh riwayat Bukhori Muslim).

    Seandainya saja para ulama Sunni mau memilah-milah antara hadis yang dhaif/maudhu dg yg sahih khususnya mengenai para sahabat ini, maka paling tidak akan mengurangi kesalah-fahaman yang terjadi selama ini antara Sunni dan Syi’ah.


  23. ANDA TUHAN?, ANDA MENGANGGAP KALAM ANDA PASTI BENAR DAN BERHARAP ORANG HARUS MEMPERCAYAI DAN MENGIKUTI ANDA.
    AH… DENGAN NAMA TUHAN, NAMA MENCACI, MEMAKI DAN MENGKAFIRKAN SEORANG YANG DENGAN DARAH, JIWA DAN RAGA BERJIHAD BERSAMA RASULULLAH.
    BAHKAN ANDA TELAH MENYEKUTUKAN ALLOH DENGAN MENGANGGAP QOUL ANDA SEPERTI KALAM ALLOH.
    PSTI ANDA BERKATA “TIDAK, SAYA TIDAK TUHAN”, TAPI DENGAN MENGKAFIRKAN ORANG LAIN HANYA BERDASARKAN ARGUMEN ITU SAMA DENGAN TUHAN, PADAHAL NABI TIDAK PERNAH MENYEBUT DENGAN PERINCI SAHABAT-SAHABATNYA YANG KEMBALI KAFIR, TAPI ANDA LEBIH BERANI DARI NABI. NAUDZU BILLAH


  24. kenapa sunni,wahabi,selalu mengatakan kalau Syi’ah itu sesat ??? saya bingung,padahal rasulullah sendiri mengatakan ,, “barang siapa yang mengatakan muslim lainya sesat sesungguhnya dirinya sendiri yang sesat”,,apa itu kurang jelas ???
    kita juga bisa liha surat annissa ”jika kamu mengetahui perselisihan sesuatu kembalikan kepada kitabullah dan sunahnya ? bukannya saling tuding ,,


  25. Salam dari Malaysia..sebagai muslim kita usahlah berbahas dalam perkara yang sudah lepas atau berada dalam lipatan sejarah. Ayuh..kita bangkit membina satu kuasa islam yang sejati disaat dunia begitu takut kepada islam, kita bangkit bersama islam yang sejati sebagai mana yang dibawa oleh rasullah..rasulullah tidak membawa syiah atau sunni tapi membawa islam…ayuh mas..ini adalah permainan musuh islam..jangan kita terpedaya!!!!


  26. Salam kenal,
    Menurut saya, jaminan masuk surga bukanlah sesuatu yang hebat-hebat amat. Bukankah ada hadits lain yg menyatakan bahwa setiap orang yang mengucapkan 2 kalimah syahadat dijamin masuk surga? Jadi yang dijamin kan bukan cuman yang 10 itu, kita juga diberi jaminan toh. Lantas dimana bedanya kita dengan mereka? Kenapa serta-merta mereka menjadi manusia setengah dewa yang tidak boleh disentuh dan tidak dapat dikritisi? Kecuali kalau memang di antara mereka yang bersepuluh sudah dijamin kesuciannya akan kesalahan dan dosa oleh Allah swt.

    Semoga mata yang buta segera terbuka. Telinga yang tersumbat segera peka. Hati yang kelam segera bersih.

    Salam


  27. di/pada Desember 17, 2008 pada 7:53 pm Islam Syiah

    Maaf, jika anda membaca lagi tulisan yang anda tanggapi maka harusnya anda sadar bahwa, saya bukan dalam rangka mengkafirkan sahabat, tetapi mengkritisi hadis yang digembar-gemborkan sebagai hadis sahih….Jika itu tidak sohih, kenapa masih didengung-dengungkan bahwa hadis jaminan 10 sahabat masuk sorga itu masih terus dilancarkan? Sekali lagi, cobalah telaah dengan kepala dingin ttg kesahihan hadis itu…!?

    Tentu anda setuju dengan saya bahwa, Ahlu-Sunnah yang anda akui sebagai mazhab anda itu adalah berdasarkan Sunah Nabi yang sahih bukan? Saya hanya ingin mengajak supaya anda kritis, jangan sampai ke-Ahlusunnah-an anda itu tercampur dengan hadis-hadis bikinan yang gak jelas asal-usulnya, bukan dari baginda Rasul. Karena itu akan membahayakan ke-Ahlisunnah-an anda, juga berbahaya karena pendustaan atas nama baginda Rsul yang mulia.


  28. di/pada Desember 17, 2008 pada 7:56 pm Islam Syiah

    Walau tidak semua Sunni dan tidak semua Wahabi seperti itu, namun, kita harus telaten menjelaskan kepada mereka. Siapa tahu mereka melakukan itu karena ‘kebodohan’ saja. Karena tidak jarang dari mereka yang kemudian sadar bahwa prilaku mereka selama ini salah. Karena penyesatan kelompok lain, selain telah termakan rayuan setan, tanpa disadari ia telah masuk ke perangkap kaum imperialis.


  29. Oh iya saya mengerti maksud mas. Jangan salah paham. Saya jg hanya mengkritisi pemahaman mereka-mereka yang sangat mengagungkan hadits 10 orang yg dijamin masuk surga yg mas tulis sehingga kedudukan mereka menjadi seakan-akan sangat istimewa. Maaf kalau mas jadi keliru memahami.

    Salam


  30. 28/12/2008 (hingga hr ini) ada masalah dengan Israel-Palestine, sayidina Ali dulu konon “menahan diri” dari konflik khilafah karena menjaga kemaslahatan ummat, tapi kemarin dengan lantang ayatu**h kh*ma*ni mengatasnamakan pemimpin Islam Dunia, berteriak keras dengan “….. mari kita berdoa buat para korban israel dan sekaligus melaknat negara2 arab yang membisu atas pembantaian ini”

    ana bingung jadinya, sebenernya biang kerok dari berbagai penindasan/pembantaian oleh kaum kuffar yg makin meningkat ini ajarannya siapa?

    tolong tanggapan dari sunni maupun syiah…

    ————————————————–

    Islam Syiah:
    Apa yang dilakukan masyarakat dan pemerintahan Syiah sudah jelas, dengan sistem kepemimpinan yang ada, untuk membantu saudara-saudaranya sesama muslim (walaupun berbeda mazhab). Dan alhamdulilah, secara umum, kaum musimin (Sunni-Syiah) telah melakukan itu. Jadi kalaulah terdapat pengkhianatan maka itu bukan ajaran Islam (baik Syiah maupun Sunni), tetapi ajaran kaum kafir atau munafik yang setiap saat selalu ada, guna merongrong agama ini.

    Sekarang yang menjadi masalah adalah, bagaimana para pemimpin negara-negara (pemerintah) muslim yang ‘mengaku’ Sunni itu ternyata bukan saja diam, bahkan sebagian mendukung penyerangan warga Palestina.


  31. HAI LELUCON MACAM INI? KALIAN MENGANGGAP SYIAH MENGKAFIRKAN SAHABAT? LALU KALIAN ANGGAP APA ORANG2 YANG MENCACI ALI DI MIMBAR2 JUMAT PADA MASA MUAWIYAH? KALIAN MENGANGGAP SYIAH PEMBUNUH BERDARAH DINGIN, SEKALI-SEKALI BERKUNJUNGLAH KE BUKIT GOLAN, DAN SAKSIKAN BAGAIMANA HIZBULLAH MEMBANTU PARA PENGUNGSI SUNNY DARI PALESTINA. HAI AHLSUNNAH SEKALI-SEKALI BUKALAH KITAB HADIST DAN KITAB TAFSIR KALIAN, APAKAH UMMU SALAMAH BERDUSTA KETIKA MERIWAYATKAN HADIST AHL BAYT/AHL-KISSA (ALI FATIMAH HASAN WA HUSSAIN. SEKALII SEKALI BACALAH KITAB-KITAB SEJARAH KALIAN BAGAIMANA IBN BATUTAH MENGGOLONGKAN SA’IF BIN UMAR (PENGARAH KISAH DONGENG ABDULLAH BIN SABA’) SEBAGAI KDZAB DAN NOVELIS FIKSI KARENA MENYEBUTKAN HAMPIR 170 TEMPAT YANG TAK ADA FAKTANYA. SEKALI-SEKALI BACALAH KITAB2 SEJARAH DARI KALANGAN AHLSUNNAH SENDIRI YANG MENCERITAKAN BAHWA SAHABAT2 YANG KALIAN SEBUT DIJAMIN MASUK SURGA SALING BUNUH DAN SALING MENGKAFIRKAN, HAI LELELUCON MACAM APA INI? SEKALI-SEKALI BACALAH…. ATAU AHLSUNNAH SEKARANG SUDAH MALAS MEMBACA? (saya aktivis KAMMI yang di rencanakan akan di pecat lantaran saya membela SYIAH)


  32. biiz
    edit delete reply
    biiz wrote today at 7:31 AM
    bada’ adalah menganggap allah goblok dan tidak berpengetahuan ? antum salah memahami, bada adalah pengetahuan allah itu sendiri. bukankah allah menghapus dan menulis ketetapan sekehendaknya berdasarkan hasil ikhtiar makhluknya dan ikhtiar makhluknya adalah pengetahuan allah juga. hai…. kalian saudaraku kaum ahlsunnah bacalah buku-buku karangan ulama-ulama kalian dan sejarahwan kalian yang kalian percayai, sekali lagi bacalah…bacalah betapa banyak pernyataan-pernyataan ulama kalian yang merendahkan tauhid. bukankah ibnu taimiyah mengibaratkan Allah yang turun kelangit kedua seperti turunnya ibn taimiyah dari tempat duduknya? bukankah ibn taimiyah juga yang mengatakan allah itu berjisim seperti layaknya kita manusia? bacalah sekali lagi bagai mana para sejarawan islam yang bermazhab alsunnah menceritakan para sahabat yang saling mengkafirkan. kalau para ulama dan pengkhotbah pada masa muawiyah yang mencaci Ali di mimbar2 pada salat jumat tidak kalian tidak di anggap kafir, bagaimana kaum syiah yang mengkritik sahabat bisa dianggap kafir?
    bacalah sekali lagi kitab2 bukhari yang menyebutkan bahwa ibnu mas’ud membuang surat an-nas dan al-falaq dari mushafnya. bacalah bagaimana sejarahwan menggambarkan 10 sahabat yang kalian yakini dijamin masuk surga saling bunuh? hai lelucon macam apa ini? kalian menganggap seluruh sahabat yang saling bunuh sebagai ‘udul dan terpercaya. sekali-sekali berkunjunglah ke pusat bahasa dan sastra di yordania dan bacalah artikel para ahli bahasa disana yang menjelaskan bagaimana kitab kasyiful asror di terjemahkan dengan cara yang licik oleh translator awam dari yordan. hai sekali-sekali bacalah kitab bukhari yang menjelaskan bagaimana ibn abbas dan ibn zubair bertentangan pendapat soal nikah mut’ah sehingga ibn zubair bertanya pada ibunya dan ibunya mengakui bahwa ibn zubair adalah anak mut’ah. hai sekali-sekali bacalah bagaimana kitab bukhari menjelaskan dan mensahihkan hadis Tsaqalain. hai sekali-sekali bacalah bagaimana bukhari meriwayatkan umusalamah meninsbatkan ahlbayt pada ahl kissa (ali fatimah hasan dan husain). hai sekali-sekali bacalah al-quran, adakah pada waktu mubahalah rasulullah saw membawa istri-istri dan 7 anaknya selain fatimah untuk bermubahala dengan nasrani?. sekali lagi bacalah-bacalah……….. dan seandainya antum mals membaca, maka bertanyalah pada ulama ahlsunnah dengan pertanyaan kritis bukan pertanyaan yang memang sudah anda tahu jawabannya. akhi, kalau syiah dilarang mengkultuskan imam-imam maksum mereka dan juga dilarang mengagumi imam khumaini, lalu kenapa kalian mengkultuskan UMAR, ABU BAKAR, DAN USMANT? bukankah nabi saw bersabda ana madinatul ilm wa Alihu babuha (aku kota ilmu dan ali pintunya) hai sekali-sekali bertanyalah pada MUROBBI Antm sekalian, kalau syiah dilarang mengkultuskan imam khumaini, lalu kenapa kalian boleh mengkultuskan NASERUDIN AL-BANI, IBN TAIMIYAH, DAN HASAN AL-BANNA? sekali-sekali bertanyalah kepada syaikh salafi yang kalian kagumi, kalau syiah dilarang berziarah kemakam-makam imam dan ulama mereka, lalu kenapa kuburan ibn-taimiyah di damaskus itu penuh dengan surat-surat dan uang receh para peziarah ahl-sunnah?. sekali-sekali bacalah…..sekali-sekali bertanyalah….


  33. di/pada Januari 10, 2009 pada 2:54 pm ryo al-jawiri

    Salam,

    Konflik sunni-syiah emang udah mengakar. Memang sulit untuk bisa melunakkan hati orang-orang yang sudah terdoktrin kuat.

    Saya dibesarkan dalam lingkungan sunni-NU, tetapi saya tidak alergi terhadap syiah dan cukup banyak menghadiri majelis2nya. Saya juga pernah ikut training da’i akhi-akhi dari HTI.

    Dari semua itu, saya punya sikap (sementara ini), bahwa seharusnya semua perbedaan itu tidak menghalangi kita untuk bersatu. Blog ini saya kira punya kontribusi positif jika bisa menjadi fasilitator terbentuknya sebuah komunitas Islam yang - katakanlah - inklusif. Karena persatuan umat Islam, menurut saya lebih dibutuhkan saat ini.

    Masalah siapa benar siapa salah memang akan menjadi ganjalan tersendiri. Tetapi jika kita mau untuk terus belajar, memahami prinsip-prinsip kebenaran, memahami dasar-dasar logika, maka kebenaran itu akan muncul di hadapan kita seterang cahaya matahari di siang hari.

    Teruslah berdiskusi, berdebat, tetapi jangan saling menghujat. Dan yang penting, bersikaplah sportif. Jika memang anda benar, maka tunjukkanlah. Jika anda salah maka akuilah.

    Mohon maaf jika saya salah. Syuqron.

    Semoga Allah memberi bimbingan pada kita semua.


  34. Assalamu’alaikum

    Semoga Allah mengampuni kesalahan kita semua, bahwasanya “Aku adalah kota Ilmu dan Ali adalah Pintunya”

    Carilah ilmu sampai ke negeri Iran
    disana ada pintu ilmu.

    Alhamdulillah


  35. Allah yang berhak menunjukkan kebenaran,
    manusia hanya mencari…

    ………….Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (Al-Kahfi : 17)


  36. Salam ,
    Riwayat 10 sahabat dijamin masuk Surga …., pertanyaannya siapa aja sahabat itu ? ….buntutnya yang meriwayatkan termasuk juga di dalamnya ?

    Cuma satu lagi yang merawikan ?

    Kepribennnn3x


  37. AsS aLkm?.. Salam sholawat?.. Sya mohon maf andai salah kata, yg slah dr saya yg bnar dr Allah swt. Bwt yg trutama kaum suni & syiah jgn lah memperdebatkn hal ini, & jgn lah memojokan pihak yg 1 dgn lainnya. Kita ini umat islam umatnya rosulallah, agama rosulallah adlh agama yg hak jd jgn trpropokasi oleh keadaan, dn jgn trpedaya oleh bisikan setan yg mau mengancurkan islam. D jaman rosulallah islam itu satu, tdk ad islam bagian yg saat ini islam sdah menjadi 70 golongan. Lalu siapakah yg mejadikn islam itu menjadi 70 golongan?.. D manakah islam yg hak yg d baWa oleh rosulallah d aNtara 70 golangan? Dlm Al quran “SESUNGGUHNYA AGAMA DI SISI ALLAH HANYALAH ISLAM” klo Memang di antara islam 70 golongan ad yg di akui Allah swt mNgkin Allah Mencantumkn pada ayat d atas.. Sx lagi jgn lah memperdebatkn tentang agama kita, & jgn Lg d perdebatkn Tntang sejarah para sahabat nabi. Yg mengaku diriNya islam mari kita bersatu, mari kita persatukan islam seperti swaktu jaman rosulallah. AsS aLkm wr-wb?.. Salam sholawat?.. Para ikhwan.


  38. mari-iduy. panggilan loe baik. sunni-syiah pasti bersatu kecuali SALAFI DAN WAHABI.


  39. FAJRI FM 94,1 MHz
    di radio atas saya belajar syiah
    di blog ini juga saya belajar syiah
    syiah misteri keimanan batinku
    sedangkan Allah adalah Tuhanku
    dan Muhammad SAW adalah Nabiku


  40. bila akal meningkat kata2 kata menyingkat( imam ali as) bukti kejumudan kaum WAHABI adalah mengikuti TAWANAN YANG DIBEBASKAN Pada fathul makkah secara membabi buta tanpa berani mengkritik. mereka menuduh syiah mengkultuskan ali tapi di sisi lain mereka menganggap Muawiyah dan keroconya sebagai pribadi2 suci yang bila mengkritiknya sedikit saja sudah cukup menjadi alasan untuk mengkafirkan pengkritiknya.


  41. di/pada Februari 11, 2009 pada 5:53 am proahlulbait

    @mary-iduy

    Seruan yang sejatinya didengarkan dan ditelaah. Sayangnya kaum Wahaby selalu merasa resah dan gelisah selama Syiah dianggap satu saudara Islam.


  42. saya cuma ingin tahu pandangan syi’ah terhadap agama lain: yahudi, nasrani, sabi’ah, hindu, buddha, dll. apakah agama mereka benar atau salah?

    terima kasih.

    ———————————————-

    Islam Syiah:
    Pertanyaan singkat tetapi memerlukan jawaban panjang.

    Pertama kita harus masuk kajian epistemologis terkhusus yang berkaitan dengan apa (eksistensi) dan bagaimana (definisi) ‘kebenaran’ itu? Jika kebenaran diartikan sebagai selamat maka itupun juga tergantung. Dalam kajian ini anda bisa baca lagi tulisan-tulisan kami (di blog ini) ttg ‘Pluralisme Agama’.

    Secara singkat dan secara umum, Syiah (sebagaimana banyak pemikir lain) meyakini bahwa, pondasi dasar agama yang benar adalah konsep monoteis. Lha kita lihat sekarang, apakah agama-agama itu menganut monoteis sejati ataukah ngaku-ngaku saja? Tentu harus ditetapkan dengan argumentasi rasional (filsafat) yang dapat diterima oleh semua kalangan, termasuk kaum ateis sekalipun. Ajaran-ajaran Etika saja tidak dapat dijadikan tolok ukur kebenaran, karena ateis pun terkadang konsep etikanya gak jauh beda dengan agama karena hal itu bersumber dari fitrah manusia yang satu.

    Kalaupun Syiah meyakini bahwa hanya Islam yang benar, hal itu bukan meniscayakan bahwa selain Islam harus diperangi secara fisik dan dilarang untuk bersikap toleransi sosial kemasyarakatan. Nabi Islam serta Ahlul Bait Nabi telah mengajarkan kepada umat Syiah bagaimana berinteraksi dengan non muslim. Dan hal itu telah dipraktikkan oleh kaum Syiah di Republik Islam Iran yang juga terdapat penganut Yahudi (biasa disebut Kalimi karena mengikuti syariat Musa Kalimullah) dan Kristen (biasa disebut Masihi karena mengaku pengikut Isa Al-Masih), Zoroaster (Majusi), dan Sabi’in. Bahkan sebagian mereka memiliki perwakilan di Majlis (DPR).


  43. beginilah jika saudara kita ahlussunnah begitu luar biasa membela tentang sahabat, padahal sahabat itu bermacam-macam.
    Lihat ayat Inqilab (3:144)
    Ayat Jihad (9:38,39)
    Ayat Khusyu’ (57:16)
    dan beberapa hadist lain,
    maka kita akan tahu siapa sahabat itu ?


  44. Klw Abu Thalib kafir dgn segala pembelaannya kpd Nabi SAWW tidak ada yg pernah mempertanyakan yaaa…
    sedangkan mereka yg gak tahu perjuangannya seperti apa ketika Rasul SAWW hidup di agung2kan
    hahahahaha…

    Pd kmn sahabat mulia diatas (kecuali Imam Ali) ketika bani Hasyim di kucilkan di sebuah lembah dan diembargo krn dakwah Rasul SAWW, kecuali Abu Thalib berdiri paling depan membela.

    Dmnkah sahabat Nabi mulia tsb, ketika Nabi SAWW dilempari kotoran di Mekkah pasca wafatnya Abu Thalib (pdhal katanya mereka sahabat yg disegani di Suku Qurays)

    Dmn kah para sahabat mulia lainnya saat Nabi terluka dan nyaris terbunuh di Uhud.

    Itulah sahabat mulia meninggalkan Nabi SAWW (pd Perang Uhud) demi dunia…

    Hahahaha…. lebih mulia sahabat daripd Nabi SAWW, mereka bebas berbuat apapun tanpa cela, sedangkan Nabi SAWW (katanya) bermuka masam saja di tegur (hahahaha… seorang Nabi mulia, yg tidak berbicara kecuali wahyu yg diturunkan bisa bermuka masam ya….)

    Nb. Paling yg contra bisanya marah2 doank nih hahahaha…
    makin terlihat cerdas deh mereka yg beragama hanya keturunan tanpa menggunakan akal dan hatinya….
    hahahaha… (bner lucu banget deh klw melihat yg pro dgn hadist ini hahahahaha….)