Kini, tibalah giliran kepala-kepala suci syuhada Karbala…
Umar bin Sa’ad memerintahkan setiap kabilah memotong kepala-kepala syuhada Karbala yang akan dipersembahkan kepada Ubaidillah bin Ziyad dengan harapan hadiah darinya. Maka, bersiaplah suku Kindah bersama panglima Qais bin Asy’ats dengan 13 potong kepala, suku Hawazin bersama tentara Syimir dengan 13 potong kepala, suku Tamim dengan 7 potong kepala, bani As’ad dengan 16 potong kepala, dan pasukan lainnya dengan sisa kepala syuhada Karbala lainnya.
—————————————————————————————–
Maqtal Imam Husain as
(Kronologi Ringkas Kesyahidan Imam Husein)
Salam kepada jasad yang berlumuran darah
Salam kepada jasad yang berhiaskan tancapan anak panah
Salam kepada kepala yang selalu diciumi kakeknya
Salam kepada orang kelima di antara ash-hâb al-kisa’
Salam kepada orang yang terasing di Karbala
Salam bagimu, wahai Aba Abdillah, al-Husain…
Sebelum melihat Padang Karbala yang memerah lantaran darah suci para syuhada Karbala; sebelum melihat pemandangan berupa jasad-jasad tanpa kepala; sebelum menengok keadaan pasca pembantaian di Karbala; mari kita ungkapkan rasa bela sungkawa dan tawasul kita kepada orang yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya, kepada ibunda tercinta al-Husain, kekasih al-Husain… Kita ketuk pintu hati al-Zahra as. Dengan harapan, kelak kita akan dibangkitkan bersama al-Zahra as. Semoga al-Zahra hadir di tengah-tengah kita saat ini.
Diriwayatkan dari Ummu Salamah, bahwa ketika al-Husain as terbunuh, Ummu Salamah bermimpi. Dalam mimpinya itu, dia bertemu Rasulullah saww dalam keadaan berdebu, sementara di kepala beliau terdapat segenggam tanah.
Karena itu, berkatalah Ummu Salamah kepada Rasulullah saww, “Apa yang terjadi denganku, saya melihat Anda dalam keadaan berdebu…” Rasulullah saww menjawab, “Telah terbunuh putraku, al-Husain. Telah dibuatkan makam untuk al-Husain dan sahabat-sahabatnya.”
Terperanjatlah Ummu Salamah. Dia lalu bangkit dan melihat botol berisi segenggam tanah (Karbala) yang pernah dititipkan Rasulullah saww kepadanya. Tanah itu berubah menjadi darah. Kemudian, di keheningan malam, Ummu Salamah mendengar suara pengumuman kesyahidan al-Husain as:
Hai orang-orang bodoh yang telah membunuh al-Husain,
Ada kabar tentang azab dan siksa
Sungguh terkutuk kalian oleh lisan putra Daud, Musa, dan pembawa Injil
Seluruh penduduk langit, para nabi, utusan, dan mereka yang terbunuh
Mendoakan keburukan menimpa kalian
Saat tragedi Karbala usai, di keheningan malam, terdengarlah pengumuman tentang kesyahidan al-Husain bin Ali bin Abi Thalib as dari langit.
Wahai mata, berpestalah dengan sungguh-sungguh
Sapa yang akan menangisi para syuhada setelahku,
Dan siapa yang kan menangisi rombongan yang digiring kematian
Menuju Penguasa Yang Maha Agung
Dalam riwayat, Zainablah yang mendengar pengumuman ini, tanpa melihat siapa yang mengumumkannya.
Padang Karbala memerah karena Qasim bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib telah tersungkur. Muslim bin Awsajah telah berhias diri dengan tombak dan luka yang menganga lantaran pedang. Al-Hur telah gugur. Habib bin Madhahir, yang memiliki keistimewaan selalu melaksanakan shalat Subuh dengan wudu shalat Isyanya selama 40 tahun berturut-turut, telah berlumur darah. Kedua tangan Abul Fadl Abbas telah terpisah dari jasadnya. Abdullah bin Husain tak lagi menangis karena menahan haus. Keluarga dan pengikut setia al-Husain telah melepas rindu, bertemu Rasulullah saww. Mereka telah disambut oleh senyum al-Zahra. Sementara al-Husain, yang tentangnya telah dipesankan datuknya, Rasulullah saww,
“Wahai manusia, inilah Husain bin Ali, kenali dan muliakan dia! Ya Allah, kutitipkan dia pada-Mu.”
Kini telah tersungkur lantaran tusukan tombak, panah, dan pedang (menurut riwayat, bekas luka dan memar di jasad suci al-Husain tak kurang dari 6.666 tanda; sejumlah bilangan ayat-ayat suci al-Quran). Dan kepala suci al-Husain kini telah terpisah dari jasadnya. Beginilah al-Husain, titipan kenabian dan amanah risalah bagi umatnya, bahkan yang tak sezaman dengannya. Dan Rasul saww pun telah menitipkannya kepada kita…
Yang terdengar saat itu hanyalah isak tangis Sukainah, Atikah, dan Ummu Kultsum, juga ratap tangis para yatim dan janda-janda Ahlul Bait. Yang tampak hanyalah jasad-jasad yang berserak tanpa kepala; tak dimandikan, tak dikafankan, dan tak dikuburkan.
Setelah tragedi mahaagung itu berakhir pada terbunuhnya al-Husain dan para pahlawan Karbala, keluarlah Zainab dari kemahnya; bak ksatria yang akan berlaga di medan perang. Sorot mata Zainab menyapu jasad-jasad itu; mencari jasad abangnya, al-Husain, tanpa peduli pada barisan tentara musuh yang bersenjata. Dan pandangannya pun berhenti pada jasad kakaknya, al-Husain, yang tercabik-cabik oleh pedang dan injakan kaki-kaki kuda. Selang beberapa saat, Zainab tertegun. Kemudian, dia menatap langit dan berdoa dengan pedih:
“Ya Allah, terimalah persembahan kurban ini dari kami…Wa Muhammadah…. Inilah al-Husain yang terkubur di Padang Karbala. Semoga langit menindas bumi, semoga gunung roboh dan meratakannya… Inilah al-Husain yang berlumur darah, tercabik-cabik tubuhnya, sementara putrid-putri Rasul-Mu menjadi tawanan.”
Inilah tempat yang akan menjadi saksi di akhirat nanti, yang kan diadili Allah Swt.”
Setelah Aba Abdillah al-Husain terbunuh, pasukan Ibnu Ziyad langsung menuju wanita-wanita dan kehormatan-kehormatan al-Husain. Musuh-musuh Allah itu merampas semua yang ada di kemah putri-putri Rasul saww. Mereka membakarnya; berlomba-lomba menghancurkan kesucian Rasulullah saww. Maka, berlarianlah putri-putri al-Zahra, sambil menangis dan menjerit…
Wa Husainah….! Pasukan Ibnu Ziyad merampas semua anting-anting dan gelang. Bahkan seorang laki-laki pasukan Ibnu Ziyad menarik kedua anting-anting Ummu Kulstum dengan paksa, sehingga robeklah kedua telinga Ummu Kultsum. Seorang yang lain mendekati Fathimah, putri al-Husain. Maka lepaslah anting-antingnya. Laki-laki itu lantas menangis. Fathimah bertanya kepadanya, “Kenapa engkau menangis?”
“Bagaimana tidak menangis, sementara aku telah menawan dan merampas anting-anting putri Rasulullah …” jawab lelaki itu.
Fathimah kemudian berkata, “Kalau begitu, kembalikan padaku!”
Laki-laki itu menjawab, “Aku takut orang lain mengambilnya…”
Putri-putri Ali bin Abi Thalib menggigil ketakutan… Melihat semua itu, Zainab maju ke depan sambil mendekap Ummu Kultsum dan Atikah seraya berkata, “Belum cukupkah kekejaman kalian dengan meyatimkan gadis-gadis ini? Mengapa kalian merasa harus menyempurnakan kekejaman itu dengan membakar kemah-kemah kami dan merampas harta serta kehormatan kami?”
Maka, terdengarlah teriakan dari salah seorang pasukan yang tak punya nurani, “Beruntunglah kalian karena kami tak sampai membunuh kalian. Ketahuilah, hai para wanita! Yazid dan Ibnu Ziyad memerintahkan kami agar membasmi al-Husain beserta seluruh rombongannya, termasuk kalian para wanita!”
“Jika demikian, biarkan kami di sini mengurusi jasad al-Husain dan para pengikutnya,” balas Zainab.
“Hai… kami akan menggiring kalian semua dan menancapkan kepala al-Husain di ujung tombak lalu menyerahkannya kepada Ubaidillah sebagai bukti, sebagaimana perintah gubernur sebelum kami meninggalkan Kufah!” jawab yang lain di antara pasukan musuh-musuh Allah itu.
Zainab lalu menengadahkan wajahnya ke langit seraya berdoa, “Ya Allah… gandakan kekuatan dan ketabahan kami, sebagai ganti al-Husain dan para pengikutnya.”
Kemudian, tentara-tentara bayaran Ubaidillah bin Ziyad itu melihat Ali bin Husain al-Sajjad yang terbaring sakit. Terdengarlah teriakan salah seorang di antara mereka, “Hai teman-teman, masih ada anak-anak Husain yang masih hidup. Jangan sisakan mereka!”
Yang lain berkata, “Jangan tergesa-gesa membunuhnya; kita bawa dia kepada Amir Umar bin Sa’ad.”
Syimir lalu mengeluarkan pedangnya dan hendak membunuh Ali bin Husain. Maka berkatalah Humaid bin Muslim kepada Syimir, “Sub-hânallâh, apakah engkau hendak membunuh anak kecil yang sedang sakit ini?”
Syimir menyergah, “Ibnu Ziyad memerintahkan kami membunuh semua anak al-Husain!”
Namun, Ibnu Sa’ad melarangnya, setelah mendengar Aqilah Zainab, putri Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib berkata, “Cukup! Jangan kalian membunuhnya hingga aku terbunuh…” Mendengar ucapan dan sorot mata tajam Zainab, mereka mengurungkan niatnya.
Musuh-musuh Allah itu tak puas sampai di situ. Tak puas merampas anting-anting dan gelang keluarga al-Husain, mereka keluarkan putri-putri Rasulullah saww dengan membakar kemah-kemahnya. Maka, berhamburanlah wanita-wanita itu, sambil menangis dan berteriak, “Demi Allah, tidakkah kalian membiarkan kami tanpa melewati jasad al-Husain?”
Ketika melihat jasad al-Husain yang berlumur darah, para wanita Ahlul Bait itu memukuli wajah sebagai tanda duka mendalam atas peristiwa itu.
Kini, tibalah giliran kepala-kepala suci syuhada Karbala…
Umar bin Sa’ad memerintahkan setiap kabilah memotong kepala-kepala syuhada Karbala yang akan dipersembahkan kepada Ubaidillah bin Ziyad dengan harapan hadiah darinya. Maka, bersiaplah suku Kindah bersama panglima Qais bin Asy’ats dengan 13 potong kepala, suku Hawazin bersama tentara Syimir dengan 13 potong kepala, suku Tamim dengan 7 potong kepala, bani As’ad dengan 16 potong kepala, dan pasukan lainnya dengan sisa kepala syuhada Karbala lainnya.
Di penghujung hari Asyura, Ibnu Sa’ad membawa kepala al-Husain di tangan Khuli bin Yazid al-Ashbahi dan Humaid bin Muslim Al-Azdi; hendak menyerahkan kepala cucu Nabi saww itu kepada Ubaidillah bin Ziyad. Sementara kepala-kepala keluarga dan pengikut setia al-Husain dibawa Syimir, Qais bin Asy’ats dan Umar bin Hujjaj. Menutur riwayat, jumlah seluruh kepala syuhada Karbala adalah 72 potong.
Berdasarkan riwayat Hisyam dari Nawar putri Malik, sebelum mempersembahkan kepala al-Husain kepada Ibnu Ziyad, Khuli pulang malam itu ke rumahnya, yang tidak jauh dari Karbala, dengan membawa kepala itu. Dia meletakkan kepala suci al-Husain di atas nampan, lalu berbaring di atas tempat tidurnya. Nawar kemudian bertanya kepadanya, “Apa yang kau bawa pulang ke rumah?”
“Aku datang membawa kekayaan untuk selamanya, inilah kepala Husain, bersamamu di rumah ini,” jawab Khuli.
Putri Malik itu pun menandas, “Celakalah engkau! Orang pulang bersama emas dan perak, sedangkan engkau pulang dengan kepala putra dari putri Rasulullah! Tidak, demi Allah! Aku tidak sudi lagi bersamamu!”
Kemudian, putri itu Malik keluar. Di luar, dia melihat keajaiban. Dia menuturkan, “Demi Allah, aku melihat cahaya membentang dari langit menuju nampan berisi kepala al-Husain as itu dan burung putih berputar-putar di sekitarnya.” Pagi harinya, Khuli membawa kepala suci Imam as ke hadapan Ubaidillah bin Ziyad.
Bergeraklah arak-arakan prajurit Ubaidillah bin Ziyad dengan kepala-kepala suci syuhada Karbala yang ditancapkan di ujung tombak dan pedang, sembari menggiring putri-putri Rasulullah sebagai tawanan.
Diriwayatkan, Zaid bin Arqam berkata, “Ketika itu, aku berada di kamarku. Lalu rombongan pembawa kepala-kepala yang sudah dipisahkan dari jasadnya itu lewat dekat rumahku. Aku mendengar ayat suci Allah Swt dilantunkan kepala al-Husain:
Demi Allah, wahai putra Rasulullah… kepalamu sungguh lebih menakjubkan…”
Diriwayatkan pula, Hilal bin Muawiyah berkata, “Ketika pawai arak-arakan dimulai dengan membawa kepala suci cucu Rasullah dan para syuhada Karbala lainnya, di pertengahan jalan, aku melihat orang yang membawa kepala al-Husain. Kepala cucu Rasul itu pun berbicara (kepadanya), ‘Engkau telah pisahkan kepalaku dari jasadku, semoga Allah memisahkan daging dari tulangmu, dan semoga Allah menyiksamu, sebagai contoh untuk seluruh alam.’ Ketika mendengar suara yang keluar dari mulut suci cucu Rasulullah itu, laki-laki pembawa kepala al-Husain itu mengangkat tongkat yang ada di tangannya, lalu memukul-mukulkannya kepada kepala al-Husain hingga mulut suci al-Husain terdiam. Di sinilah Allah ingin memperlihatkan keagungan-Nya.
Hari kesebelas bulan Muharam. Setelah mentari mulai membakar kulit para wanita Ahlul Bait Rasulullah, tepatnya setelah Zuhur, Ubaidillah mulai bergerak menuju Kufah. Sebelumnya, dia memerintahkan pasukannya mengumpulkan prajurit-prajuritnya yang terbunuh, kemudian menshalati dan menguburkannya. Sementara, dia biarkan pemimpin pemuda ahli surga, titipan kenabian, Aba Abdillah al-Husain beserta keluarga dan pengikut setianya tetap di lapangan terbuka Karbala, tanpa dimandikan, dikafankan, dan dikuburkan.
Bergeraklah pasukan yang dipimpin Ubaidillah bin Ziyad menuju Kufah, diikuti putri-putri al-Husain, janda-janda Ahlul Bait, dan keluarga para sahabat al-Husain; berlilitkan rantai di kaki mereka. Mereka terdiri dari 20 tawanan wanita, Ali Zainal Abidin al-Sajjad putra al-Husain, Muhammad al-Baqir putra al-Sajjâd, yang keduanya dilindungi Allah dalam peperangan itu sebagai penerus kepemimpinan, dan 12 anak-anak kecil lain dari Bani Hasyim…
Ketika terdengar komando pemimpin pasukan musuh Allah, Ubaidillah bin Ziyad, “Bergeraaak…!” Terdengarlah salam perpisahan Zainab, “Ya… Husain, maafkan kami semua. Kami tak diizinkan menguburkanmu, selamat berpisah abangku, ya Husain…”
Diriwayatkan, Sukainah sempat memeluk jasad ayahnya, al-Husain, dan mendengar suara :
Wahai pengikutku, saat kalian minum, ingatlah aku…
Jika kalian mendengar yang terasing atau syahid, ratapilah aku…
Sukainah memeluk erat jasad ayahnya, hingga seorang prajurit musuh Allah menariknya dengan paksa. Maka terlepaslah pelukan Sukainah…
Jarak Karbala dengan Kufah tak terlalu jauh… Sampailah pasukan beserta kafilah tawanan putri-putri Rasulullah itu di gerbang kota Kufah. Mereka disambut gubernur Kufah dengan gembira dan disambut beberapa wanita Kufah dengan tangis penyesalan sambil memukuli wajah masing-masing. Melihat itu, Ummu Kultsum berteriak, “Hai penduduk Kufah, tidakkah kalian malu kepada Allah dan Rasul-Nya dengan memandangi kami, kehormatan Nabi?”
Tiba-tiba, penduduk Kufah dan anak-anak mereka melemparkan kurma dan kepingan dinar ke arah rombongan Zainab. Ummu Kulstum segera berteriak, “Hai manusia, haram bagi kami menerima sedekah. Ketahuilah, kami keluarga nabi dan Ali.” Ummu Kultsum mengambil dan melemparkan kembali semuanya.
Kita lihat, betapa besar peran Aqilah Zainab al-Kubrâ, yang memiliki kharisma Ilahiah, cahaya Muhammadiah, dan keberanian Haidariah serta keluarga al-Musthafa Muhammad saww.
Seorang periwayat mengatakan, setelah Zainab memberi isyarat dengan pandangan matanya, tenggorokan semua penduduk Kufah tercekik membisu; dihentakkan oleh khutbah beliau, “Segala puji bagi Allah, shalawat atas kakekku Muhammad dan keluarganya yang suci. ‘Amma ba’du, wahai penduduk Kufah, para penipu dan pengkhianat! Mengapa kalian menangis hingga tak kering air mata kalian dan tak diam ratapan kalian? Sungguh, kalian tak ubahnya seorang wanita penenun yang mengoyak hasil tenunannya yang telah terajut kuat. Kalian jadikan sumpah dan ikrar sebagai permainan. Ketahuilah, yang ada pada diri kalian adalah bualan, dusta, kebohongan, penipuan, pengkhianatan, kedurjanaan, atau seonggok kotoran di kandang binatang piaraan, atau karat di sebilah pedang. Ketahuilah! Sungguh buruk murka Allah yang kalian pilih untuk kalian. Kalian akan menangis dan mengumpat diri kalian sendiri!”
“Wahai manusia! Demi Allah, banyak-banyaklah menangis dan sedikitlah tertawa. sebab, kalian telah melakukan hal yang amat memalukan dan menjijikkan; yang takkan pernah dapat kalian bersihkan dan gantikan dengan apapun. Bagaimana mungkin kalian dapat membersihkan diri kalian dari semua itu? Kalian telah membantai cucu-cucu utusan terakhir Tuhan, manusia-manusia yang sejak kecil menghirup wangi risalah dan menyaksikan cahaya wahyu, penghulu para pemuda surga, penjelas hujah, dan penajam lidah kalian! Betapa buruk perbuatan yang telah kalian lakukan ! Penyesalan, kesengsaraan, keterasingan, dan kehinaan adalah bagian kalian kelak. Kerja keras kalian sungguh sia-sia, dan perniagaan kalian akan merugi. Kalian akan menghadap Tuhan sebagai makhluk yang dimurkai dan dibenci Allah dan Rasulullah! Kehormatan Rasulullah telah kalian injak-injak, darahnya telah kalian alirkan dan cecerkan, dan larangannya telah kalian terjang!”
“Dengan perbuatan ini, kalian telah melakukan persekongkolan dan kecurangan yang legam dan kotor, tandus laksana bukit cadas, atau hampa bak angkasa bebas. Dan siksa akhirat adalah nasib kalian kelak. Hai Ibnu Ziyad, kau telah melakukan sesuatu yang tak pernah dilakukan para durjana, kapan dan di manapun! Tega nian kau lakukan semua ini!”
Ubaidillah kemudian bertanya, “Siapa wanita muda yang berdiri di sebelah Zainab itu?”
“Ia adalah Fathimah putri al-Husain,” jawab Khuli.
“Hai Fathimah, bagaimana tanggapanmu atas peristiwa yang menimpamu?” teriaknya.
Fathimah menghadapkan wajahnya yang sembab ke arah khalayak kota Kufah, lalu berpidato, “Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga tercurah atas kakekku, Rasulullah saww, beserta keluarganya yang suci. Amma ba’du, wahai penduduk Kufah! Wahai para penipu, pengkhianat, dan pelaku makar. Sesungguhnya kami, Ahlul Bait, memperoleh ujian berat dari Allah melalui kalian, dan kalian juga memperoleh ujian berat melalui kami. Namun, Alllah menjadikan ujian kami sebagai kebaikan; menjadikan pengetahuan dan pemahaman-Nya atas kami. Kami adalah kunci ilmu-Nya, tambang pengetahuan-Nya, kebijakan-Nya, hujah-Nya di muka bumi ini, di negeri-Nya, dan untuk hanba-hamba-Nya. Allah memuliakan kami dengan karamah-Nya. Allah mengutamakan kami atas semua ciptaan dengan Nabi-Nya. Tetapi, kalian telah menganggap kami pendusta, kalian menolak dan ingkar terhadap kami, serta beranggapan bahwa memerangi kami adalah perbuatan halal dan menjadikan harta kami sebagai rampasan. Seakan-akan kami adalah anak-anak gelandangan dan tawanan, sebagaimana halnya dulu kalian memerangi kakek kami, Rasulullah saww. Pedang-pedang kalian mengucurkan darah kami, Ahlil Bait, karena dendam lama yang bercokol di hati kalian. Karena itulah, mata kalian berbinar dan hati kalian berbunga. Jangan merasa gembira dengan menumpahkan darah kami dan merampok harta kami. Karena, sesungguhnya musibah agung yang kami hadapi telah ditentukan dalam Kitab Allah sebelum terjadi. Yang demikian itu sangat mudah bagi Allah, dan supaya kamu sekalian tidak berputus asa terhadap apa yang tidak kalian peroleh, serta tidak bergembira dengan apa yang kalian dapatkan. Sebab, Allah tidak menyukai orang-orang sombong…”
“Celakalah kalian! Nantikan laknat dan siksa Allah yang kian dekat menimpa kalian. Akan diciptakan perasaan dan suasana saling benci dan bermusuhan di antara kalian. Dan penindasan sebagian kalian atas sebagian yang lain. Setelah itu, kalian akan abadi dalam siksa amat pedih di hari kiamat lantaran kezaliman kalian atas kami. Ketahuilah! Sungguh laknat Allah itu ditimpakan atas orang-orang zalim…”
Selain Zainab dan Fathimah, Ali al-Sajjad dan Ummu Kultsum juga sempat berpidato, mengecam warga Kufah. Mari kita dengarkan pidato Ali Zainal Abidin al-Sajjad as, yang dirantai kedua tangannya serta dililitkan ke lehernya. Setelah memuji Allah Swt dan bershalawat kepada Rasulullah saww beserta keluarganya, beliau berkata, “Wahai manusia, barangsiapa mengenalku, dia telah adalah mengenalku. Dan barangsiapa tidak mengenalku, ketahuilah bahwa aku adalah Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Akulah putra yang dirusak kehormatannya, dihilangkan kenikmatannya, dirampas hartanya, dan ditawan keluarganya. Akulah putra yang disembelih di sisi sungai Furat. Akulah putra orang yang telah dibunuh dalam keadaan sabar, dan cukuplah semua itu sebagai kebanggaanku. Wahai manusia, aku minta kalian bersumpah kepada Allah; apakah kalian tahu bahwa sesungguhnya kalian telah menulis dan memberikan janji serta baiat kepada ayahku, lalu kalian membunuhnya? Maka, celakalah kalian atas apa yang telah kalian berikan untuk diri kalian! Dengan pandangan macam apa kalian akan melihat Rasulullah saww jika berkata kepada kalian, ‘Kalian semua telah membunuh putraku, telah merusak kehormatanku! Kalian bukan umatku!’”
Terdengarlah suara-suara tangisan, lalu terdengarlah teriakan di antara tangisan itu, “Binasalah kalian! Apa yang kalian ketahui?”
Kemudian, beliau melanjutkan pidatonya, “Semoga Allah merahmati orang yang mendengar nasihatku dan menjaga wasiatku di jalan Allah, Rasulullah saww, dan Ahlul Baitnya. Sesungguhnya kami memiliki suri teladan yang baik pada diri Rasulullah.”
Mereka serempak berkata, “Wahai putra Rasulullah, kami mendengar, taat, dan menjaga kehormatanmu tanpa meninggalkanmu. Kami tidak membencimu; kami telah menjagamu dan semoga Alllah merahmatimu. Kami perangi orang yang memerangimu dan berdamai dengan orang yang berdamai denganmu. Kami bebas dari mereka yang telah menzalimimu dan menzalimi kami.”
Maka, berkatalah Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib, ” Tidak! Wahai para penipu dan pengkhianat! Tipulah di antara kalian dan nafsu kalian! Apakah kalian hendak datang padaku seperti kalian telah datang pada ayahku sebelumnya? Tidak! Sesungguhnya, luka belum sembuh dan ayahku beserta keluarganya kemarin telah dibunuh. Belum terlupakan oleh(ku) kehilangan atas Rasulullah, ayahku, dan anak-anak ayahku.”
Penduduk Kufah dikejutkan oleh suara keras pegawai istana, yang keluar-masuk perkampungan sambil mengumumkan bahwa Ubaidillah bin Ziyad akan memberikan pernyataan dan pidatonya di masjid jami. Seluruh warga diharap hadir.
Di hadapan warga Kufah yang berjejal, Ibnu Ziyad lalu berdiri dan mengawali ceramahnya dengan cercaan terhadap Ali, al-Hasan, al-Husain. Tiba-tiba, terdengar suara dari tengah khalayak. Ibnu Ziyad seketika menghentikan pidatonya. Abdullah bin ‘Afif al-Azdi yang lanjut usia dan buta, bangkit dari duduknya seraya berteriak, “Hai, hentikan bualanmu! Tutup mulutmu! Semoga Allah malaknatmu, ayah, dan kakekmu. Dan semoga Allah menggorengmu di kuali raksasa-Nya kelak, sebagai ganti dan balasan atas perbuatan-perbuatanmu yang keji; membantai cucu kesayangan Rasul saww, mencacinya, dan mempertontonkan kaum wanitanya. Hai, Ibnu Ziyad! Rasulullah saww pernah bersabda, ‘Barangsiapa mencaci Ali, berarti mencaciku. Barangsiapa mencaciku, berarti telah mencaci Allah. Barangsiapa mencaci Allah, maka wajahnya akan dibenamkan ke neraka!”
Suara sahabat nabi yang tua renta itu begitu tajam dan lantang, sehingga wajah gubernur Kufah itu memerah.
“Hai pengawalku! Seret lelaki tua bangka itu, lalu lucuti urat-urat di lehernya!” perintah Ibnu Ziyad seraya menunjuk Abdullah di keramaian khalayak. Perintahnya gagal dilaksanakan karena khalayak yang hadir menghalanginya. Lalu Ubaidillah turun dari mimbarnya menuju istana bersama para pengawalnya.
Suasana Kufah menjadi tegang. Kata-kata Abdullah al-Azdi telah menjadi bahan perbicangan. Berbarengan dengan itu, pasukan berkuda Ubaidillah bin Ziyad menelusuri perkampungan Kufah di malam hari, hingga berhenti di depan sebuah rumah sederhana. Inilah rumah Abdullah al-Azdi. Mereka adalah pasukan yang bertugas menculik siapa saja di antara penduduk Kufah yang berani menentang gubernur Ubaidillah bin Ziyad. Sejenak mereka berhenti di depan pintu rumah Abdullah, menanti perintah panglima.
Putri kecil Abdullah terjaga dari tidurnya. Setelah mengintip dari lubang pintu, dia segera membangunkan ayahnya yang sedang tidur. “Ayah, pasukan musuh telah bersiaga di depan rumah!” ujarnya sambil sedikit berbisik.
“Putriku, ambilkan pedangku!” remaja putri itu pun melaksanakan perintah ayahnya. “Tetaplah di sini dan berikan komando ke kanan dan ke kiri, saat aku berhadapan dengan mereka!” ujar lelaki tua yang buta dan pencinta Ahlil Bait itu mantap.
“Anakku, sampaikan salam ayah pada ibumu! Biarkan dia tertidur lelap. Itu lebih baik daripada melihat peristiwa yang akan kualami,” tambahnya sambil memeluk putri kesayangannya.
Pintu rumah Abdullah pun terlempar. Pasukan yang telah menghunuskan pedang itu mendobrak dan serentak masuk. Pedang Abdullah menyongsong kedatangan mereka, sambil berkata, “Akulah putra yang memiliki keutamaan dan selalu menjaga kehormatannya yang suci. Berapa pasukan di antara kalian yang sangat lemah ini mampu melawan pahlawan sepertiku!”
Serangan sahabat Nabi saww yang tak terduga itu berhasil merobohkan sejumlah tentara di tengah kegelapan. Pasukan Ibnu Ziyad seketika mundur, setelah melihat serangan Abdullah. Mereka lalu menyerbu Abdullah bin ‘Afif dari segala arah. Abdullah kewalahan melayani sergapan musuh-musuhnya. Luka di sekujur tubuhnya telah mengurangi tenaga dan ketangkasannya. Dia terjatuh dan mengerang kesakitan.
“Hentikan!” teriak sang komandan, “biarkan dia hidup! Seretlah tua bangka ini ke hadapan gubernur!”
Betapa gembira Ubaidillah bin Ziyad, yang sedari tadi telah menunggu dengan cemas, saat melihat kedatangan pasukannya yang membawa pesanannya.
“Alhamdulillah yang telah membutakan kedua matamu,” sapanya sambil menyeringai di hadapan Abdullah yang berlumur darah.
“Puji atas-Nya yang telah membutakan mata hatimu!” balas Abdullah.
“Aku telah berjanji untuk memisahkan tubuh dan nyawamu perlahan-lahan,” ujar Ubaidillah menakut-nakuti.
Abdullah hanya tersenyum mendengar ancaman Ubaidillah bin Ziyad. “Hai putra Marjanah! Aku bukan sasaran tepat bagi gertakanmu! Ketahuilah, kedua mataku ini telah kuhadiahkan kepada Ali saat memerangi kakek-kakekmu di Shiffin. Aku sangat menyesal karena tak berjaya meraih syahadah di sisi Amirul Mukminin sebagai bukti keberanian dan kesetiaanku. Kini harapanku terkabul ketika manusia-manusia paling bejat seperti kau hendak membunuhku. Hai Ubaidillah, inilah saat yang paling kunantikan!”
Akulah manusia beruntung, pemburu cinta
Kuhadiahkan mata sebagai cindera mata
Kubela Ali dengan segenap jiwa dan raga
Kususul kafilah putranya sebatang kara
Kematian dan luka bukanlah petaka
Bagi pencinta Ahlul Bait al-Musthafa
Jangan menunda-nunda, tak perlu memaksa
Akan kukejar pahala, kuhampiri surga
“Hai, bersihkan lantai istanaku dari darah manusia tak berguna ini!’ perintah Ubaidilah bin Ziyad menghentikan puisi Abdullah. “Seret dan salib dia! Biarkan tubuhnya menjadi persinggahan burung-burung pemakan bangkai.”
Perintah pun dilaksanakan. Akhirnya, Abdullah meneguk cawan al-Musthafa, innâ lillahi wa innâ ilahi râji’ûn.. Ya Allah, jadikan orang tua kami seperti Abdullah bin ‘Afif.
Masih banyak peristiwa-peristiwa dalam perjalanan dari Karbala sampai Syam, yang akhirnya Yazid bin Muawiyah membebaskan seluruh tawanan-tawanan yang terdiri para wanita Ahlul Bait, Ali Zainal Abidin, dan anak-anak kecil.
Tibalah mereka semua di kota Madinah.
Lihatlah Ummu Kultsum, ketika melihat pusara kakeknya, Rasulullah saww. Dia roboh di depan pintu masjid kakeknya; menangis sambil merangkak dan berusaha mendekati pusara Rasulullah saww.
“Salam sejahtera atas kakekku! Oh, betapa kami tersiksa karena rindu padamu! Kini, akulah wanita tanpa pelindung; bawalah aku bersamamu…”
Ali Zainal Abidin menyusul bibinya; menghampiri pusara kakeknya sambil menangis.
“Salam sejahtera bagimu, Rasulullah! Kami sungguh kesepian dan sengsara, umatmu telah membunuh putramu dan menganiaya putri-putrimu…”
Zainab beserta adik-adik dan kemenakannya, berlarian menuju pusara Rasulullah saww.
Imam Muhammad al-Baqir berkata, “Sesungguhnya langit menangis untuk al-Husain selama 40 hari (sejak kesyahidannya). Matahari memerah di kala terbit dan memerah di kala terbenam.”
Semoga kita menjadi pengikut al-Husain as…[]
Daftar Pustaka:
1. Maqtal al-Muqarram.
2. Nafas al-Mahmùm, karya Syaikh Abbâs al-Qummi.
3. Al-Khashâish al-Husainiyyah, karya Syaikh Ja’far al-Satri.
4. Dewi-dewi Sahara, karya Muhsin Labib
Hari gene masih mempertanyakan legalitas kekhalifahan Sy. Abu Bakar & Sy. Umar bin Khatab? Mau kemana anda? Mengubah dunia, mengembalikan kekhalifahan kpd tokoh anda yg PASTI derajatnya dibawah para sahabat Rasul? Atau mau memecah belah umat? Ingin jadi Abdullah bin Saba ke2? Tak inginkah Islam kembali berjaya, bersatu dalam satu kepemimpinan?
Ketahuilah, saat Sy. Abu Bakar & Sy. Umar ibn Khatab menjadi khalifah Sy. Ali bin Abi Thalib masih hidup. Dan tidak ada riwayat sejarah yg menyebutkan bahwa beliau menolak kekhalifahan 2 sahabat mulia tsb kecuali hari ke 2-3 kewafatannya Rasulullah. Setelah itu tidak ada catatan tentang pemberontakan atau apapun namanya yg serupa dengan itu yg berniat menggoyangkan kekhalifahan. Bahkan jauh setelahnya Muawiyah bin Abi Sufyanpun menjamin beliau.
Pertanyaan besar utk mereka yg mengaku2 cinta Rasul tapi menafikan 2 kekhalifahan di awal wafat Rasul adalah :
Dimanakah mereka yg mengaku cinta Rasul, cinta keluarga Rasul sehingga terjadi tragedi karbala?
——————————————–
Islam Syiah:
Kenapa masih dipertanyakan? Karena masalah legalitas kekhilafan Rasul bukan hanya berskup penguasa politik saja, tetapi jauh lebih luas dari itu. Penyimpangan yang ada dalam Islam juga berimbas dari semua itu. Makanya, legalitasnya harus selalu dipertanyakan sepanjang Islam masih ada di muka bumi, karena sebagaimana Nabi selalu diikuti oleh kaum muslimin maka saat itu juga kaum muslimin akan mengikuti khalifah2 pasca wafat Nabi. Olah karenanya, kebenaran harus diungkap. Memang, seringnya, menerima kebenaran itu pahit rasanya. Tak jarang, terjadi pembunuhan demi kebenaran. Sejarah telah mencatat hal tersebut.
Tidak ada bukti dalam sejarah yang membuktikan dengan jelas bahwa Sy Ali berbaiat, walaupun secara terpaksa. Pembakaran rumah Fathimah binti Rasul pasca peristiwa pemilihan Khalifah di Saqifah Bani Saidah adalah bukti nyata bahwa keluarga Rasul tidak pernah mengakui kekhalifahan tersebut. Bukti lebih nyata lagi, khutbah ketiga Sy Ali -yang terkenal dengan sebutan Khutbah Syiqsyiqiyah- yang terukir dalam kumpulan khutbah, surat dan hikmah beliau yang terus dinamai kitab ‘Nahjul Balaghah’ (yang juga diakui oleh beberapa ulama Ahlusunnah dan mereka syarahi) telah membuktikan bahwa Sy Ali menahan penderitaan selama berkuasanya tiga khalifah sebelumnya, demi kemaslahatan umat Muhammad. Khutbah ini dipaparkan ketika ia secara de facto menjabat sebagai khalifah Rasul. Silahkan anda buktikan secara ilmiah bahwa Muawiyah bin Abu Sofyan menjamin kekhalifahan Sy Ali dengan menunjukkan sandaran2 ilmiah? Justru Muawiyah telah membikin-bikin isu bahkan hadis palsu yang membuat nama Sy Ali tercemar, bahkan Muawiyah mewajibkan para khatib jum’at untuk melaknat Sy Ali, apakah itu merupakan jaminan? Jaminan model apa?
Peristiwa Karbala terjadi karena kegilaan Yazid bin Muawiyah bin Abi Sofyan dimana keluarga besar Bani Umayyah inilah yang sejak Rasul hidup telah dilaknat oleh beliau (lihat buku karya al-Hakim an-Naisaburi yang berjudul “Mustadrak alas Shahihain” jilid ke 4). Pertanyaan saya selanjutnya; Apakah ada kaum muslimin pengaku pengikut Muhammad Rasulullah yang tidak ‘mengaku cinta keluarga Rasul’? Apakah mengaku cinta Rasul didominasi Syiah? Itu kalau kita bicara ‘ngaku-ngaku cinta’. Hanya kaum Nashibi (plural: Nawashib) saja yang dengan terang-terangan membenci keluarga Rasul. Yazid dan bala tentaranya adalah Nashibi yang hatta mayoritas ulama Ahlusunnah pun melaknatnya. Walaupun ada dari kalangan sekte Wahabisme yang memujanya hingga mengarang buku tentang “Keutamaan Yazid bin Muawiyah”, padahal ia terlaknat melalui lisan suci Rasul. Apakah pemuja orang terlaknat tidak terlaknat?
Syiah dari dulu minoritas dan ditekan, itu kenyataan sejarah yang tidak mungkin dipungkiri. Syiah Ali pada zaman peritiwa Karbala pun sangat minim, tetapi yang mengaku cinta Rasul sangat banyak, sebagaimana yang sudah disinggung (hampir semua kaum muslimin, minus Nawashib). Sebagian kecil kaum muslimin, ingin meletakkan kesalahan pembunuhan Sy Husein kepada Syiah, karena mayoritas pembunuh Husein adalah orang Kufah yang mengaku cinta keluarga Rasul. Logika makar semacam ini juga pernah dilakukan Muawiyah bin Abi Sofyan untuk menghindari vonis sesat Rasul atas pembunuh sahabat Ammar bin Yasir dengan mengatakan bahwa Sy Ali-lah pembinih Ammar karena ialah yang mengajak Ammar ke medan perang sehingga terbunuh. PAdahal kita tahu, Ammar terbunuh karena ia di barisan Sy Ali untuk memerangi Muawiyah. Begitu peristiwa Karbala. Tidak semua yang mengaku cinta Rasul dan keluarganya itu Syiah, tetapi Syiah pasti cinta Rasul serta keluarganya. Apakah dengan begitu maka pembunuh Husein bin Ali (cucu Rasulullah) adalah orang Syiah karena orang-orang Kufah
pembunuh Sy Husein mengaku cinta Rasul dan keluarganya? Nanti akan kita cantumkan tuilisan berkaitan dengan hal ini di Blog ini….
Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah kamu mencaci-maki sahabat-sahabatku. Kalau ada orang yang menafkahkan emas sebesar gunung Uhud, tidak akan mencapai satu cupak (satu ons) atau separonya dari yang telah mereka infakkan”. (Mashabih Assunnah)
“Sahabat-sahabatku ibarat bintang-bintang. Barangsiapa menelusuri salah satunya dia mendapat petunjuk jalan”. (Ad-daarami)
Dari Abu Najih ’Irbadh bin Sariyah rodhiallohu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasihati kami dengan nasihat yang menggetarkan hati dan mencucurkan air mata. Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, seperti ini adalah nasihat perpisahan, karena itu berilah kami nasihat”. Beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepada kalian untuk tetap menjaga ketakwaan kepada Alloh ‘azza wa jalla, tunduk taat (kepada pemimpin) meskipun kalian dipimpin oleh seorang budak Habsyi. Karena orang-orang yang hidup sesudahku akan melihat berbagai perselisihan, hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk (Alloh). Peganglah kuat-kuat sunnah itu dengan gigi geraham dan jauhilah ajaran-ajaran yang baru (dalam agama) karena semua bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, ia berkata, “Hadits ini hasan shahih”)
Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu berkata, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian saling dengki, jangan saling menipu, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, dan jangan kalian membeli suatu barang yang (akan) dibeli orang. Jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, tidak layak untuk saling menzhalimi, berbohong kepadanya dan acuh kepadanya. Taqwa itu ada disini (beliau sambil menunjuk dadanya 3 kali). Cukuplah seseorang dikatakan jahat jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Haram bagi seorang muslim dari muslim yang lainnya, darahnya, hartanya, dan harga dirinya” (HR. Muslim)
———————————————-
Islam Syiah:
Sebelumnya saya mau tanya; Sabda Rasul itu beliau ungkapkan di hadapan siapa? Sahabat juga khan? Berarti seakan Rasul bersabda: “Wahai sahabatku, Janganlah kamu mencaci-maki sahabat-sahabatku…dst”. Kenyataannya gimana? Tahukah anda siapa yang membunuh Ammar bin Yasir, yang mengucilkan Abu Dzar al-Ghiffari, dst? Sahabat juga bukan? Lha terus kita mau membenarkan yang mana…? Ungkapan Rasul untuk siapa?
Dan secara global, Kita setuju itu, tetapi sahabat yang mana? Apakah al-Ashab al-Akhyar atau juga al-Ashab yang berani menentang perintah Rasul dan melanggar garis hukum Allah? Lihat kembali tulisan kami tentang siapa sahabat…
Kalau semua sahabat secara mutlak dan tanpa perkecualian, maka itu namanya Pengkultusan Semua Sahabat…padahal pengkultusan itu khan gak baik. Pengkultusan satu manusia biasa saja gak bener koq, ini malah ratusan ribu yang mau dikultuskan…? Yang bener aja om…:)
Ini kita belum main kritisi beberapa hadis yang anda nukil di atas lho…untuk nyingkat waktu.
Karena hadits dijadikan dasar hukum kedua setelah Al-Qur’an maka otomatis tidak hanya berlaku pada masa Rasulullah hidup tapi juga hingga saat ini. Jadi pengertian tidak mencaci-maki sahabat tsb tentu juga berlaku hingga sekarang. Tapi jika anda menginterpretasikannya situasional sehingga sekarang boleh mencaci-maki sahabat Rasulullah ya silahkan saja. Toh dosa ditanggung sendiri2 dan nanti semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Dalam hati mereka ada penyakit (dengki, iri hati, dendam), lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS. Al Baqarah:2)
Saya ingin mengkoreksi pernyataan anda yg mengatakan bhw kalangan ahlu sunnah “meng-kultus-kan” semua sahabat. Yg benar adalah ahlu sunnah sangat menghormati para sahabat karena mereka sangat berjasa dalam perjuangan Islam sehingga Islam bisa besar sekarang. Bahwa mereka pernah punya kesalahan ya manusiawi karena mereka memang tidak dijamin Allah ma’sum sebagaimana Rasulullah, tidak terkecuali Sayidina Ali ra dan para ahlu bait Rasulullah (Fatimah, Hasan, Husein dan keturunannya) yg juga tidak ma’sum.
—————————————————————
Islam Syiah:
Apakah menghormati itu harus membenarkan semua prilaku mereka sehingga menjadi kesepakatan bahwa DILARANG mengkritisi kesalahan sahabat? Apakah Islam melarang mengkritisi orang yang bersalah? Apakah membenarkan atau paling tidak diam akan kesalahan seseorang bahkan hanya menunjukkan keutamaan secara umum saja itu bukan berarti membesar-besarkan mereka? Pujian yang bukan pada tempatnya itu namanya ‘kultus individu’….
Masalahnya bukan hanya itu urusan Allah atau tidak…tetapi kita generasi sekarang ini lho, apakah akan mengikuti yang berbuat salah (atau yang kadang salah dan kadang benar) atau yang dijamin benar?
Hanya Rasul yang maksum, lantas apa yang anda pahami dari 33:33 itu? Apakah penyucian sesuci-sucinya itu bukan jaminan maksum? Lihat hadis-hadis yang ada, kepada siapa ayat itu turun…Selamat meneliti.
“Janganlah kamu mencaci-maki sahabat-sahabatku….”
Bagaimana kalau yang mencaci-maki sahabat nabi adalah sahabat nabi juga ?
Maaf, masih minim ilmu..lalu 33:33 buat siapa ya pak? Allah membersihkan Ahlul Bait sebersih bersihnya..dan ngga pernah Allah tidak lagi memakai kalimat “sebersih bersihnya” selain di surah ini. Bosen konflik sunni-syiah beda pendapat mlulu saya telusuri di jalur sunni, saya baca hadist muslim bab keutamaan sahabat, bagian keutamaan ahlul bait hadis ke 61, kurang lebihnya:
Aisyah menceritakan:”suatu hari nabi Muhammad saw keluar sore dengan mengenakan mantel hitam, kemudian hasan bin ali datang..fathima datang, ali datang, dan hussein datang..lalu nabi memasukkannya kedalam mantel itu lalu nabi membacakan surah 33:33..”
Jadi pusing sendiri..
Mau sedikit memberikan comment :
sebenarnya dalam syiah, mereka bukan mencaci maki sahabat tetapi lebih kepada memberikan penjelasan secara lebih proposional antara sahabat nabi : mana yang jujur dan mana yang tidak/kurang jujur (bukankah itu juga manusiawi).
apakah sama sahabat nabi yang saling berperang ..?
apakah sama kebenarannya jika mereka berperang..?
apakah sahabat nabi sama-sama masuk surga walau satu sama lain saling berperang..?
apakah sama yang satu membela kebenaran dan yang lain membela untuk kepentingan lain..?
apakah sama yang satu syahid membela kebenaran dan yang mati karena kepentingan urusan dunia..?
tapi kenyataan bahwa Sahabat nabi yang banyak dicaci maki oleh umat nabinya adalah justru sahabat yang telah banyak mendapat keutamaan dari nabinya.
sekian puluh tahun ( 70-80 tahun) Ali bin Abi Thalib ra mendapat cacian disetiap mimbar jum’at. riwayat ini sudah munttawatir dikalangan kitab Ahlussunnah.
jadi siapa yang mencaci maki disini..? syiahkah yang mencaci Ali bin Abi Thalib ra ..? atau siapa..?
fnoor jawab dong…..
Salam Kenal
Andai hadist itu palsu hasil rekayasa bani umayah, bagi saya yang menarik bahwa seorang Rasul benar2 bisa memberikan syafaat kepada ummatnya mulai dari dunia sampai ke akhirat kelak.
Rasulullah atas syafaatnya dan tentu saja atas petunjuk dari Allah bisa memberikan garansi kepada siapa saja untuk masu syurga
————————————————————-
Islam Syiah:
Salam kenal juga….Benar dan setuju sekali. Keagungan Rasul yang tiada satu makhlukpun yang dapat menandinginya adalah satu keniscayaan yang harus selalu kita imani dan kita terapkan keimanan tersebut di kehidupan kita sehari-hari.
maaf ada kata-kata -” sekian puluh tahun ( 70-80 tahun) Ali bin Abi Thalib ra mendapat cacian disetiap mimbar jum’at. riwayat ini sudah munttawatir dikalangan kitab Ahlussunnah. ” ini tahun berapa dan siapa yang berkuasa yah?
———————————————————–
Islam Syiah:
Secara ringkas, hingga tahun 110 H Ali dilaknat di mimbar-mimbar Jumat atas prakarsa penguasa Bani Umayyah, namun Umar bin Abdul Aziz (salah satu penguasa Bani Ummayah) yang melihat ketidakadilan ini akhirnya melarangnya.
Pak Yushidarma,
Ya benar. Orang2 syi’ahlah yang secara tidak langsung menuduh Imam ‘Ali ra. penakut dengan menyatakan bahwa beliau pura2 nurut sama 3 khalifah awwal bahkan ikut shalat menjadi makmum mereka selama +/-24 tahun.
———————————————————
Islam Syiah:
Jika anda mengetahui hakekat Taqiyah (sudah kita singgung di blog ini) niscaya anda tidak akan mengeluarkan kesimpulan semacam itu.
Sungguh sangat benar-benar menyesatkan
Di ghadir khum…..rasulallah berpidato: MAN KUNTU MAULA FA HADZA ALIYUN MAULA ( barang siapa yang menganggap saya pemimpinnya, maka ali lah pemimimpinnya).
WAHAI MANUSIA SAMPAIKANLAH KEPADA ORANG YANG TIDAK HADIR. BAIK DIA LAKI LAKI,PEREMPUAN,ARAB,AJAM,TUA,MUDA,PUTIH,HITAM.
dari ibn abbas r.a: rasulallah berkata kepada imam ali ” Engkau pemimpin setiap orang beriman setelahku”
pikir masing masing ah……
permaslahanya bukan memecah ataupun tidak percaya dengan abu bakar atau umar, tetapi hal ini lebih menyangkut kepada fakta-fakta kebenaran yang ada untuk kita ketahui bersama benar tidaknya dari hadist tersebut
hendaknya harus dicari kebenaran-kebenaran baru ,yang hal itu bisa membantu untuk memperkuat kebenaran-kebenaran yang ada. hal itu sesuai dengan hadist nabi “kulil haqqo walau kana murro”
itu hadis yang menjamin 10 sahabat masuk surga kalaupun ngotot dianggap sahih, bertentangan dengan hadis perihal murtadnya sebagian para sahabat dalam sahih Bukhori dan Muslim yang kira2 berbunyi :”Aku berada di tepi telaga untuk melihat siapa saja diantara kalian yang akan minum dari telagaku. Ada sekelompok manusia yang akan dihalangi lalu aku memohon: Wahai Tuhanku, mereka adalah sebagian dari umatku. Kemudian dikatakan: Tidak tahukah anda apa yang telah mereka perbuat sesudahmu ? Demi Allah mereka langsung kembali kepada kekafiran sepeninggalmu.”
Jadi sampai kapan kita menutup-nutupi masalah yang menyangkut para sahabat ini. Sekarang ini kitab2 hadis spt Bukhori, Muslim dll. bisa diakses oleh siapa saja di seluruh dunia dan sudah diterjemahkan kedlam bhs Inggris.
Kalau anda berpikir bahwa ahlul bait dan imam-imam kalian adalah orang yang ma’sum dari segala dosa, terbebas dari segala kesalahan dan ketergelinciran. Maka kalian harus me-revisi pikiran kalian lagi. Malaikat yang jelas-jelas tidak mempunyai hawa nafsu selain hanya ber-ibadah kepada Allah SWT kebingungan untuk menetapkan seorang pembunuh yang sudah membunuh 100 orang ketika didalam perjalanannya mencari seorang alim karena ingin bertaubat, meninggal sebelum sampai ke tempat tujuan, maka apakah imam-imam kalian lebih tinggi derajatnya daripada malaikat-malaikat tersebut? Bahkan manusia yang paling mulia sekalipun Rasulullah SAW beberapa kali ditegur oleh Rabb pencipta alam semesta beserta isinya Allah SWT, salah satu contohnya didalam QS. ABASA: 1-16(tidak perlu pemahaman yang aneh-aneh), apakah imam-imam kalian lebih tinggi derajatnya daripada Rasulullah SAW? Apakah benar Umar Al Khattab RA memukul Fatimah sehingga menyebabkan keguguran? Lalu bagaimana dengan Ali Bin Abu Thalib RA, apakah beliau sangat sakit hati sehingga menamakan anaknya dengan nama Umar(dari istri yang lain)? Apakah tidak ada peringatan dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW bahwa sahabat-sahabat terdekat beliau adalah orang-orang munafiq? Apakah beliau tidak diperingatkan oleh Allah SWT, ketika Rasulullah SAW ingin menikahi Aisyah dan Hafshah, bahwa kedua calon istrinya ini adalah orang-orang munafiq? Ahlus Sunnah memandang secara proporsional semua sahabat dan semua ahlul bait(termasuk semua istri). Kita menghormati para sahabat dan mencintai ahlul bait. Dan memang sudah menjadi fitrahnya kalau manusia tidak lepas dari dosa dan kesalahan. Kita diwajibkan mengambil yang baik-baik dari mereka. Dan saya sangat meyakini bahwa mereka semua lebih baik dan lebih utama di sisi Rasulullah SAW dibandingkan dengan kita semua. Wallahu A’lam Bish Shawab.
———————————————————–
Islam Syiah:
Justru semua pertanyaan itu -yang anda pun tidak tahu hakekatnya- harus anda kaji lagi dengan lebih bersungguh-sungguh dari kitab anda. Kalau para Imam lebih mulia dari malaikat, apa kendalanya? Bukankah anda juga meyakini bahhwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, apalagi jika manusia itu adalah tergolong alim, apalagi alimnya telah ditetapkan dalam al-Quran?
Bukan hanya anda, umat Islam Syiah juga menghormati sahabat. Tetapi sahabat yang mana, apakah semua sahabat tanpa terkecuali, hatta sahabat yang saling membunuh (padahal membunuh sesama muslim adalah haram dalam Islam)? Itu letak perbedaan antara anda dengan kami. Silahkan baca lagi tulisan di blog ini tentang “siapakah sahabat”?
Insya-Allah akan kita sebutkan lagi tulisan ttg hal tersebut, nantikan
Hadits Ghadir Khum ada 2 versi, kalau yang dimunculkan versi syiah maka benarlah menurut kalian, begitu juga dengan versi sunni maka benarlah menurut sunni. Taruh kata versi syiah yang paling benar, apakah kalian sedang mencela Ali bin Abu Thalib RA sebagai orang yang lemah? Apakah menurut kalian Ali bin Abu Thalib RA sedang terbelenggu tangan dan kakinya ketika 3 kulafaur rasyidin mendahului beliau setelah beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda begini dan begitu? Sedangkan sunni saja mempercayai julukan yang diberikan Ali bin Abu Thalib RA sebagai “Singa Allah”. Bahkan Umar Al Khattab akan didera ketika beliau tidak bisa mendatangkan 4 orang saksi kasus perzinahan oleh Ali bin Abu Thalib RA. Ahlus Sunnah mengakui Ali bin Abu Thalib RA adalah seorang yang gagah berani, seorang yang tegas pada pendiriannya, seorang yang hampir selalu mengikuti perang melawan musuh islam, orang yang dipercayai Rasulullah SAW untuk membuka benteng khaibar dan berhasil menaklukannya. Saya menulis begini bukan tanpa dasar, tapi saya mengambil kesimpulan dari beberapa buku yang telah saya baca. Saya lebih senang mendengarkan dongeng tentang bagaimana perkasanya seorang jagoan yang tidak mau haknya dizholimi dari seorang yang mengakui mencintainya. Wallahu A’lam Bish Shawab.
—————————————————————
Islam Syiah:
Di ghadir khum, Rasulullah berkhotbah sekali dan disaksikan oleh ratusan ribu sahabat. Kalaulah benar ada dua versi ceramah maka hanya ada dua kemungkinan; salah satu dari keduanya salah, atau dua-duanya salah. Cuman, sesuai dengan nukilan dari kitab2 Sunni-Syiah bahwa di ghadir Khum itulah Rasul mengangkat tangan Ali dan mengatakan: “…Man kuntu maulahu fa aliyun maulahu…”. Karena ini adalah kesepakatan maka tidak ada seorang muslim yang membaca sejarahpun yang mengingkarinya. Namun untuk lari dari kenyataan itu, akhirnya mulai ada perobahan dari pengartian makna ‘maula’, pemimpin. Kata itu hendak dipaksa diartikan dengan kekasih. Padahal itu sangat jauh sekali. Apa mungkin hanya untuk mengumumkan kekasih Rasul bersusah2 mengumpulkan semua sahabatnya yang ikut haji wada’, bahkan disuruh kembali yang sudah pergi balik?
Kalaupun (taruhlah) benar berarti kekasih maka konsekuensi dari kekasih adalah mengikuti. innal muhibba liman yuhibbu muthi’u (kekasih akan taat kepada yang dikasihinya).
Mas, keheroan seseorang tidak hanya dilihat dari perlawanan fisik saja, dalam membela kebenaran. jika begitu, maka anda akan terpaksa akan malas mendengar kisah para nabi yang terbunuh karena dianiaya tanpa perlawanan, seperti nabi Yahya. Perlawanan fisik tidak meniscayakan keberanian. Banyak kasus perlawanan fisik yang berartikan kekonyolan, karena tanpa melihat sikon yang ada. Maslahat adalah salah pertimbangan dari sikon tersebut. Imam Ali diam, bukan berarti tidak berani. Tetapi beliau melihat maslahat umat Muhammad. Jika beliau memaksakan untuk melawan fisik maka beliau tergolong melawan maslahat dan masuk kategori konyol. Anda sudah tahu keberanian Ali di hadapan yang jelas-jelas musuh Islam kan? Tapi Ali bersedia mengalah ketika berhadapan dengan orang-orang yang zahirnya saudaranya seiman dan seakidah, demi kmaslahatan umat Muhammad secara umum. Ali mengalah untuk menang. Jika anda ingin melihat betapa beratnya Ali menahan derita (mengalah) ketika ia dizalimi, silahkan baca khotbah ketiga beliau di Nahjul Balaghah yang dijkenal dengan klhutbah syiqsyiqiyah. Buku itu juga direkomendasikan oleh para ulama sunni seperti Muhammad Abduh dan ibnu Abdul Hadid sendiri.
Apakah hadits tersebut menyebutkan 10 nama yang sudah dijamin oleh Rasulullah SAW masuk surga? Apakah anda sedang mempunyai banyak masalah pribadi, sehingga tidak bisa membedakan teks yang sudah jelas antara kedua hadits tersebut? Dan tanpa rasa malu sedikitpun anda menulis bahwa hadits yang satu menyelisihi hadits yang lain.
————————————————————————
Islam Syiah:
Masalah pribadi harus dijauhkan dalam mempelajari kebenaran agama atau mazhab, itu baru proporsional. Anda tidak bisa menjawab pertanyaan artikel di atas lantas menuduh kami dengan tuduhan itu, tidak proporsional. Sengaja saya tidak menyebut teks hadis itu agar tidak menyinggung banyak saudara Sunni yang kadung menyakininya, mungkin termasuk anda. Saya hanya ingin mengajak berpikir, agar kita kritis dalam menghadapi hal-hal semacam itu, apalagi pembohongan atas nabi. Anda sudah mengecek kebenaran sanad hadis2 itu? Jika sanadnya saja bermasalah maka bagaimana dengan muatannya, lebih parah lagi bukan?
Kepada Islam Syiah: Lebih baik anda menunjukan dalil-dalil yang shahih bahwa ulama-ulama sunni menghujat Ali bin Abu Thalib RA dan keluarganya, daripada berkoar-koar gak karuan. Anda pasti sudah mengetahui bagaimana kecintaan Imam Syafii terhadap Ali bin Abu Thalib, beliau berkata: “Saya mencintai Ali bin Abu Thalib RA, jika mencintai beliau aku dituduh seorang Rafidhah maka saya adalah seorang Rafidhah.” Kurang lebih seperti itu pernyataan Imam Syafii. Apakah kenyataan seperti ini yang hendak anda sembunyikan?
————————————————————————
Islam Syiah:
Ini bukti bahwa anda tidak memahami relasi antara tawalli (mahabbah) dan tabarri (bughd). Syiah tidak pernah menyatakan ungkapan seperti: “Sahabat sayyidina Ammar Yasir radhiyallahu anhu telah dibunuh oleh sahabat sayyidina Muawiyah radhiyallahu anhu”. Karena mustahil dalam peristiwa pembunuhan itu keduanya benar. Syiah akan meneliti kasusnya dan menyatakan siapa yang benar dan siapa yang salah. Yang salah harus dilepastangani (tabarri) dan yang benar harus ditiru (tawalli). Ini berbeda dengan konsep “kebaikan (’udul) semua sahabat” yang diyakini oleh Ahlusunnah secara umum. Sehingga dari situ mereka akan terpaksa membenarkan dua sahabat dalam kasus saling caci, saling fitnah, bahkan saling bunuh.
Kepada Islam Syiah: bukankah makin banyak orang yang mendengar sabda Rasulullah SAW maka makin kuat hadits tersebut dibandingkan hanya segelintir orang yang meriwayatkan. Coba anda cek kembali di shahih bukhari-muslim apakah ada seratus ribu sahabat yang meriwayatkan hadits. Untuk memastikan saja takutnya anda salah ketik lagi.
———————————————————–
Islam Syiah:
Mas, permasalahannya bukan pada kuantitas, tapi lebih pada kualitas. Jika ada satu orang adil dan bertakwa yang meriwayatkan maka jauh lebih bagus dan berharga ketimbang 1000 orang fasiq dan pembohong yang meriwayatkan. Anda lihat kembali para perawi (sanad) dalam ungkapan yang konon hadis Nabi itu. Saya telah meneliti lebih dahulu baru meng-up loadnya.
Salam ukhuwwah dari Malaysia.. Aku perasan org Islam seperti tlupa ada perkara besar yang perlu diselesaikan. Sibuk dalam hal yang telah lalu yang masing-masing tidak hidup pada zaman itu. Umar Abd. Aziz pernah berkata janganlah kita kotori lidah kita sepertimana mereka telah kotori pedang mereka. Ketidakadilan memang berlaku kerana mereka saling mencaci antara satu sama lain. Sedangkan yang non-muslim pun kita tidak boleh mengata apatah lagi saudara Islam. Ayuh saudara2 sekelian, hidupkanla Islam dalam dirimu, tegakanlah ia! Biar org sekeliling merasai kehebatan Islam dan kita semua berkumpul dibawah payung shahadah. Inallilah
hafizah, justru adanya hadis2 spt itu (10 sahabat dijamin masuk sorga) yang membuat Sunni selalu berburuk sangka kepada Syi’ah.
Permasalahannya pihak Sunni sendiri kurang teliti atau kritis terhadap hadis2 yang ada dalam kitab2 hadis Sunni sendiri.
Banyak sekali hadis2 yang menempatkan para sahabat itu seolah-olah tidak ada celanya dan tidak boleh diganggu gugat. Kira2 selevel dg Nabi. Padahal kenyataannya sebaliknya. Ada yang saleh tapi juga banyak yang fasik.
Jadi ketika orang Syi’ah mengkritik salah satu sahabat, maka orang Sunni yang sudah “terdoktrin” dg hadis2 spt itu, maka mereka marah dan menuduh orang2 Syi’ah mencaci-maki sahabat. Bahkan untuk masalah ini sudah dibuat pula hadis yang kira2 isinya Nabi tidak membolehkan mencaci maki para sahabat. Hadis ini bertentangan dengan hadis lain yang lebih kuat yang menyatakan bahwa sebagian sahabat masuk neraka (Hadis Al Haudh riwayat Bukhori Muslim).
Seandainya saja para ulama Sunni mau memilah-milah antara hadis yang dhaif/maudhu dg yg sahih khususnya mengenai para sahabat ini, maka paling tidak akan mengurangi kesalah-fahaman yang terjadi selama ini antara Sunni dan Syi’ah.
ANDA TUHAN?, ANDA MENGANGGAP KALAM ANDA PASTI BENAR DAN BERHARAP ORANG HARUS MEMPERCAYAI DAN MENGIKUTI ANDA.
AH… DENGAN NAMA TUHAN, NAMA MENCACI, MEMAKI DAN MENGKAFIRKAN SEORANG YANG DENGAN DARAH, JIWA DAN RAGA BERJIHAD BERSAMA RASULULLAH.
BAHKAN ANDA TELAH MENYEKUTUKAN ALLOH DENGAN MENGANGGAP QOUL ANDA SEPERTI KALAM ALLOH.
PSTI ANDA BERKATA “TIDAK, SAYA TIDAK TUHAN”, TAPI DENGAN MENGKAFIRKAN ORANG LAIN HANYA BERDASARKAN ARGUMEN ITU SAMA DENGAN TUHAN, PADAHAL NABI TIDAK PERNAH MENYEBUT DENGAN PERINCI SAHABAT-SAHABATNYA YANG KEMBALI KAFIR, TAPI ANDA LEBIH BERANI DARI NABI. NAUDZU BILLAH
kenapa sunni,wahabi,selalu mengatakan kalau Syi’ah itu sesat ??? saya bingung,padahal rasulullah sendiri mengatakan ,, “barang siapa yang mengatakan muslim lainya sesat sesungguhnya dirinya sendiri yang sesat”,,apa itu kurang jelas ???
kita juga bisa liha surat annissa ”jika kamu mengetahui perselisihan sesuatu kembalikan kepada kitabullah dan sunahnya ? bukannya saling tuding ,,
Salam dari Malaysia..sebagai muslim kita usahlah berbahas dalam perkara yang sudah lepas atau berada dalam lipatan sejarah. Ayuh..kita bangkit membina satu kuasa islam yang sejati disaat dunia begitu takut kepada islam, kita bangkit bersama islam yang sejati sebagai mana yang dibawa oleh rasullah..rasulullah tidak membawa syiah atau sunni tapi membawa islam…ayuh mas..ini adalah permainan musuh islam..jangan kita terpedaya!!!!
Salam kenal,
Menurut saya, jaminan masuk surga bukanlah sesuatu yang hebat-hebat amat. Bukankah ada hadits lain yg menyatakan bahwa setiap orang yang mengucapkan 2 kalimah syahadat dijamin masuk surga? Jadi yang dijamin kan bukan cuman yang 10 itu, kita juga diberi jaminan toh. Lantas dimana bedanya kita dengan mereka? Kenapa serta-merta mereka menjadi manusia setengah dewa yang tidak boleh disentuh dan tidak dapat dikritisi? Kecuali kalau memang di antara mereka yang bersepuluh sudah dijamin kesuciannya akan kesalahan dan dosa oleh Allah swt.
Semoga mata yang buta segera terbuka. Telinga yang tersumbat segera peka. Hati yang kelam segera bersih.
Salam
Maaf, jika anda membaca lagi tulisan yang anda tanggapi maka harusnya anda sadar bahwa, saya bukan dalam rangka mengkafirkan sahabat, tetapi mengkritisi hadis yang digembar-gemborkan sebagai hadis sahih….Jika itu tidak sohih, kenapa masih didengung-dengungkan bahwa hadis jaminan 10 sahabat masuk sorga itu masih terus dilancarkan? Sekali lagi, cobalah telaah dengan kepala dingin ttg kesahihan hadis itu…!?
Tentu anda setuju dengan saya bahwa, Ahlu-Sunnah yang anda akui sebagai mazhab anda itu adalah berdasarkan Sunah Nabi yang sahih bukan? Saya hanya ingin mengajak supaya anda kritis, jangan sampai ke-Ahlusunnah-an anda itu tercampur dengan hadis-hadis bikinan yang gak jelas asal-usulnya, bukan dari baginda Rasul. Karena itu akan membahayakan ke-Ahlisunnah-an anda, juga berbahaya karena pendustaan atas nama baginda Rsul yang mulia.
Walau tidak semua Sunni dan tidak semua Wahabi seperti itu, namun, kita harus telaten menjelaskan kepada mereka. Siapa tahu mereka melakukan itu karena ‘kebodohan’ saja. Karena tidak jarang dari mereka yang kemudian sadar bahwa prilaku mereka selama ini salah. Karena penyesatan kelompok lain, selain telah termakan rayuan setan, tanpa disadari ia telah masuk ke perangkap kaum imperialis.
Oh iya saya mengerti maksud mas. Jangan salah paham. Saya jg hanya mengkritisi pemahaman mereka-mereka yang sangat mengagungkan hadits 10 orang yg dijamin masuk surga yg mas tulis sehingga kedudukan mereka menjadi seakan-akan sangat istimewa. Maaf kalau mas jadi keliru memahami.
Salam
28/12/2008 (hingga hr ini) ada masalah dengan Israel-Palestine, sayidina Ali dulu konon “menahan diri” dari konflik khilafah karena menjaga kemaslahatan ummat, tapi kemarin dengan lantang ayatu**h kh*ma*ni mengatasnamakan pemimpin Islam Dunia, berteriak keras dengan “….. mari kita berdoa buat para korban israel dan sekaligus melaknat negara2 arab yang membisu atas pembantaian ini”
ana bingung jadinya, sebenernya biang kerok dari berbagai penindasan/pembantaian oleh kaum kuffar yg makin meningkat ini ajarannya siapa?
tolong tanggapan dari sunni maupun syiah…
————————————————–
Islam Syiah:
Apa yang dilakukan masyarakat dan pemerintahan Syiah sudah jelas, dengan sistem kepemimpinan yang ada, untuk membantu saudara-saudaranya sesama muslim (walaupun berbeda mazhab). Dan alhamdulilah, secara umum, kaum musimin (Sunni-Syiah) telah melakukan itu. Jadi kalaulah terdapat pengkhianatan maka itu bukan ajaran Islam (baik Syiah maupun Sunni), tetapi ajaran kaum kafir atau munafik yang setiap saat selalu ada, guna merongrong agama ini.
Sekarang yang menjadi masalah adalah, bagaimana para pemimpin negara-negara (pemerintah) muslim yang ‘mengaku’ Sunni itu ternyata bukan saja diam, bahkan sebagian mendukung penyerangan warga Palestina.
HAI LELUCON MACAM INI? KALIAN MENGANGGAP SYIAH MENGKAFIRKAN SAHABAT? LALU KALIAN ANGGAP APA ORANG2 YANG MENCACI ALI DI MIMBAR2 JUMAT PADA MASA MUAWIYAH? KALIAN MENGANGGAP SYIAH PEMBUNUH BERDARAH DINGIN, SEKALI-SEKALI BERKUNJUNGLAH KE BUKIT GOLAN, DAN SAKSIKAN BAGAIMANA HIZBULLAH MEMBANTU PARA PENGUNGSI SUNNY DARI PALESTINA. HAI AHLSUNNAH SEKALI-SEKALI BUKALAH KITAB HADIST DAN KITAB TAFSIR KALIAN, APAKAH UMMU SALAMAH BERDUSTA KETIKA MERIWAYATKAN HADIST AHL BAYT/AHL-KISSA (ALI FATIMAH HASAN WA HUSSAIN. SEKALII SEKALI BACALAH KITAB-KITAB SEJARAH KALIAN BAGAIMANA IBN BATUTAH MENGGOLONGKAN SA’IF BIN UMAR (PENGARAH KISAH DONGENG ABDULLAH BIN SABA’) SEBAGAI KDZAB DAN NOVELIS FIKSI KARENA MENYEBUTKAN HAMPIR 170 TEMPAT YANG TAK ADA FAKTANYA. SEKALI-SEKALI BACALAH KITAB2 SEJARAH DARI KALANGAN AHLSUNNAH SENDIRI YANG MENCERITAKAN BAHWA SAHABAT2 YANG KALIAN SEBUT DIJAMIN MASUK SURGA SALING BUNUH DAN SALING MENGKAFIRKAN, HAI LELELUCON MACAM APA INI? SEKALI-SEKALI BACALAH…. ATAU AHLSUNNAH SEKARANG SUDAH MALAS MEMBACA? (saya aktivis KAMMI yang di rencanakan akan di pecat lantaran saya membela SYIAH)
biiz
edit delete reply
biiz wrote today at 7:31 AM
bada’ adalah menganggap allah goblok dan tidak berpengetahuan ? antum salah memahami, bada adalah pengetahuan allah itu sendiri. bukankah allah menghapus dan menulis ketetapan sekehendaknya berdasarkan hasil ikhtiar makhluknya dan ikhtiar makhluknya adalah pengetahuan allah juga. hai…. kalian saudaraku kaum ahlsunnah bacalah buku-buku karangan ulama-ulama kalian dan sejarahwan kalian yang kalian percayai, sekali lagi bacalah…bacalah betapa banyak pernyataan-pernyataan ulama kalian yang merendahkan tauhid. bukankah ibnu taimiyah mengibaratkan Allah yang turun kelangit kedua seperti turunnya ibn taimiyah dari tempat duduknya? bukankah ibn taimiyah juga yang mengatakan allah itu berjisim seperti layaknya kita manusia? bacalah sekali lagi bagai mana para sejarawan islam yang bermazhab alsunnah menceritakan para sahabat yang saling mengkafirkan. kalau para ulama dan pengkhotbah pada masa muawiyah yang mencaci Ali di mimbar2 pada salat jumat tidak kalian tidak di anggap kafir, bagaimana kaum syiah yang mengkritik sahabat bisa dianggap kafir?
bacalah sekali lagi kitab2 bukhari yang menyebutkan bahwa ibnu mas’ud membuang surat an-nas dan al-falaq dari mushafnya. bacalah bagaimana sejarahwan menggambarkan 10 sahabat yang kalian yakini dijamin masuk surga saling bunuh? hai lelucon macam apa ini? kalian menganggap seluruh sahabat yang saling bunuh sebagai ‘udul dan terpercaya. sekali-sekali berkunjunglah ke pusat bahasa dan sastra di yordania dan bacalah artikel para ahli bahasa disana yang menjelaskan bagaimana kitab kasyiful asror di terjemahkan dengan cara yang licik oleh translator awam dari yordan. hai sekali-sekali bacalah kitab bukhari yang menjelaskan bagaimana ibn abbas dan ibn zubair bertentangan pendapat soal nikah mut’ah sehingga ibn zubair bertanya pada ibunya dan ibunya mengakui bahwa ibn zubair adalah anak mut’ah. hai sekali-sekali bacalah bagaimana kitab bukhari menjelaskan dan mensahihkan hadis Tsaqalain. hai sekali-sekali bacalah bagaimana bukhari meriwayatkan umusalamah meninsbatkan ahlbayt pada ahl kissa (ali fatimah hasan dan husain). hai sekali-sekali bacalah al-quran, adakah pada waktu mubahalah rasulullah saw membawa istri-istri dan 7 anaknya selain fatimah untuk bermubahala dengan nasrani?. sekali lagi bacalah-bacalah……….. dan seandainya antum mals membaca, maka bertanyalah pada ulama ahlsunnah dengan pertanyaan kritis bukan pertanyaan yang memang sudah anda tahu jawabannya. akhi, kalau syiah dilarang mengkultuskan imam-imam maksum mereka dan juga dilarang mengagumi imam khumaini, lalu kenapa kalian mengkultuskan UMAR, ABU BAKAR, DAN USMANT? bukankah nabi saw bersabda ana madinatul ilm wa Alihu babuha (aku kota ilmu dan ali pintunya) hai sekali-sekali bertanyalah pada MUROBBI Antm sekalian, kalau syiah dilarang mengkultuskan imam khumaini, lalu kenapa kalian boleh mengkultuskan NASERUDIN AL-BANI, IBN TAIMIYAH, DAN HASAN AL-BANNA? sekali-sekali bertanyalah kepada syaikh salafi yang kalian kagumi, kalau syiah dilarang berziarah kemakam-makam imam dan ulama mereka, lalu kenapa kuburan ibn-taimiyah di damaskus itu penuh dengan surat-surat dan uang receh para peziarah ahl-sunnah?. sekali-sekali bacalah…..sekali-sekali bertanyalah….
Salam,
Konflik sunni-syiah emang udah mengakar. Memang sulit untuk bisa melunakkan hati orang-orang yang sudah terdoktrin kuat.
Saya dibesarkan dalam lingkungan sunni-NU, tetapi saya tidak alergi terhadap syiah dan cukup banyak menghadiri majelis2nya. Saya juga pernah ikut training da’i akhi-akhi dari HTI.
Dari semua itu, saya punya sikap (sementara ini), bahwa seharusnya semua perbedaan itu tidak menghalangi kita untuk bersatu. Blog ini saya kira punya kontribusi positif jika bisa menjadi fasilitator terbentuknya sebuah komunitas Islam yang - katakanlah - inklusif. Karena persatuan umat Islam, menurut saya lebih dibutuhkan saat ini.
Masalah siapa benar siapa salah memang akan menjadi ganjalan tersendiri. Tetapi jika kita mau untuk terus belajar, memahami prinsip-prinsip kebenaran, memahami dasar-dasar logika, maka kebenaran itu akan muncul di hadapan kita seterang cahaya matahari di siang hari.
Teruslah berdiskusi, berdebat, tetapi jangan saling menghujat. Dan yang penting, bersikaplah sportif. Jika memang anda benar, maka tunjukkanlah. Jika anda salah maka akuilah.
Mohon maaf jika saya salah. Syuqron.
Semoga Allah memberi bimbingan pada kita semua.
Assalamu’alaikum
Semoga Allah mengampuni kesalahan kita semua, bahwasanya “Aku adalah kota Ilmu dan Ali adalah Pintunya”
Carilah ilmu sampai ke negeri Iran
disana ada pintu ilmu.
Alhamdulillah
Allah yang berhak menunjukkan kebenaran,
manusia hanya mencari…
………….Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tidak akan mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (Al-Kahfi : 17)
Salam ,
Riwayat 10 sahabat dijamin masuk Surga …., pertanyaannya siapa aja sahabat itu ? ….buntutnya yang meriwayatkan termasuk juga di dalamnya ?
Cuma satu lagi yang merawikan ?
Kepribennnn3x
AsS aLkm?.. Salam sholawat?.. Sya mohon maf andai salah kata, yg slah dr saya yg bnar dr Allah swt. Bwt yg trutama kaum suni & syiah jgn lah memperdebatkn hal ini, & jgn lah memojokan pihak yg 1 dgn lainnya. Kita ini umat islam umatnya rosulallah, agama rosulallah adlh agama yg hak jd jgn trpropokasi oleh keadaan, dn jgn trpedaya oleh bisikan setan yg mau mengancurkan islam. D jaman rosulallah islam itu satu, tdk ad islam bagian yg saat ini islam sdah menjadi 70 golongan. Lalu siapakah yg mejadikn islam itu menjadi 70 golongan?.. D manakah islam yg hak yg d baWa oleh rosulallah d aNtara 70 golangan? Dlm Al quran “SESUNGGUHNYA AGAMA DI SISI ALLAH HANYALAH ISLAM” klo Memang di antara islam 70 golongan ad yg di akui Allah swt mNgkin Allah Mencantumkn pada ayat d atas.. Sx lagi jgn lah memperdebatkn tentang agama kita, & jgn Lg d perdebatkn Tntang sejarah para sahabat nabi. Yg mengaku diriNya islam mari kita bersatu, mari kita persatukan islam seperti swaktu jaman rosulallah. AsS aLkm wr-wb?.. Salam sholawat?.. Para ikhwan.
mari-iduy. panggilan loe baik. sunni-syiah pasti bersatu kecuali SALAFI DAN WAHABI.
FAJRI FM 94,1 MHz
di radio atas saya belajar syiah
di blog ini juga saya belajar syiah
syiah misteri keimanan batinku
sedangkan Allah adalah Tuhanku
dan Muhammad SAW adalah Nabiku
bila akal meningkat kata2 kata menyingkat( imam ali as) bukti kejumudan kaum WAHABI adalah mengikuti TAWANAN YANG DIBEBASKAN Pada fathul makkah secara membabi buta tanpa berani mengkritik. mereka menuduh syiah mengkultuskan ali tapi di sisi lain mereka menganggap Muawiyah dan keroconya sebagai pribadi2 suci yang bila mengkritiknya sedikit saja sudah cukup menjadi alasan untuk mengkafirkan pengkritiknya.
@mary-iduy
Seruan yang sejatinya didengarkan dan ditelaah. Sayangnya kaum Wahaby selalu merasa resah dan gelisah selama Syiah dianggap satu saudara Islam.
saya cuma ingin tahu pandangan syi’ah terhadap agama lain: yahudi, nasrani, sabi’ah, hindu, buddha, dll. apakah agama mereka benar atau salah?
terima kasih.
———————————————-
Islam Syiah:
Pertanyaan singkat tetapi memerlukan jawaban panjang.
Pertama kita harus masuk kajian epistemologis terkhusus yang berkaitan dengan apa (eksistensi) dan bagaimana (definisi) ‘kebenaran’ itu? Jika kebenaran diartikan sebagai selamat maka itupun juga tergantung. Dalam kajian ini anda bisa baca lagi tulisan-tulisan kami (di blog ini) ttg ‘Pluralisme Agama’.
Secara singkat dan secara umum, Syiah (sebagaimana banyak pemikir lain) meyakini bahwa, pondasi dasar agama yang benar adalah konsep monoteis. Lha kita lihat sekarang, apakah agama-agama itu menganut monoteis sejati ataukah ngaku-ngaku saja? Tentu harus ditetapkan dengan argumentasi rasional (filsafat) yang dapat diterima oleh semua kalangan, termasuk kaum ateis sekalipun. Ajaran-ajaran Etika saja tidak dapat dijadikan tolok ukur kebenaran, karena ateis pun terkadang konsep etikanya gak jauh beda dengan agama karena hal itu bersumber dari fitrah manusia yang satu.
Kalaupun Syiah meyakini bahwa hanya Islam yang benar, hal itu bukan meniscayakan bahwa selain Islam harus diperangi secara fisik dan dilarang untuk bersikap toleransi sosial kemasyarakatan. Nabi Islam serta Ahlul Bait Nabi telah mengajarkan kepada umat Syiah bagaimana berinteraksi dengan non muslim. Dan hal itu telah dipraktikkan oleh kaum Syiah di Republik Islam Iran yang juga terdapat penganut Yahudi (biasa disebut Kalimi karena mengikuti syariat Musa Kalimullah) dan Kristen (biasa disebut Masihi karena mengaku pengikut Isa Al-Masih), Zoroaster (Majusi), dan Sabi’in. Bahkan sebagian mereka memiliki perwakilan di Majlis (DPR).
beginilah jika saudara kita ahlussunnah begitu luar biasa membela tentang sahabat, padahal sahabat itu bermacam-macam.
Lihat ayat Inqilab (3:144)
Ayat Jihad (9:38,39)
Ayat Khusyu’ (57:16)
dan beberapa hadist lain,
maka kita akan tahu siapa sahabat itu ?
Klw Abu Thalib kafir dgn segala pembelaannya kpd Nabi SAWW tidak ada yg pernah mempertanyakan yaaa…
sedangkan mereka yg gak tahu perjuangannya seperti apa ketika Rasul SAWW hidup di agung2kan
hahahahaha…
Pd kmn sahabat mulia diatas (kecuali Imam Ali) ketika bani Hasyim di kucilkan di sebuah lembah dan diembargo krn dakwah Rasul SAWW, kecuali Abu Thalib berdiri paling depan membela.
Dmnkah sahabat Nabi mulia tsb, ketika Nabi SAWW dilempari kotoran di Mekkah pasca wafatnya Abu Thalib (pdhal katanya mereka sahabat yg disegani di Suku Qurays)
Dmn kah para sahabat mulia lainnya saat Nabi terluka dan nyaris terbunuh di Uhud.
Itulah sahabat mulia meninggalkan Nabi SAWW (pd Perang Uhud) demi dunia…
Hahahaha…. lebih mulia sahabat daripd Nabi SAWW, mereka bebas berbuat apapun tanpa cela, sedangkan Nabi SAWW (katanya) bermuka masam saja di tegur (hahahaha… seorang Nabi mulia, yg tidak berbicara kecuali wahyu yg diturunkan bisa bermuka masam ya….)
Nb. Paling yg contra bisanya marah2 doank nih hahahaha…
makin terlihat cerdas deh mereka yg beragama hanya keturunan tanpa menggunakan akal dan hatinya….
hahahaha… (bner lucu banget deh klw melihat yg pro dgn hadist ini hahahahaha….)